TEMPO.CO, Jakarta - Perusahaan konsultan properti Cushman Wakefield memperkirakan bisnis properti akan tumbuh signifikan di tiga negara Asia Tenggara, yakni Vietnam, Indonesia, dan Filipina. "Pertumbuhan ini berdasarkan prospek ekonomi dan demografi negara-negara tersebut," kata Executive Managing Direktor Cushman Wakefield Asia Tenggara, Arsh Chaudhry, di kantornya, Selasa, 14 Oktober 2014. (Baca: Pasar Properti Diprediksi Kembali Bergairah)
Chaudhry mengatakan perekonomian tiga negara dengan populasi 430 juta jiwa itu tumbuh antara 6-7 persen per tahun, pada 2008-2013. Jika digabungkan, ketiganya akan menjadi negara dengan perekonomian terbesar ke-12 di dunia dengan produk domestik bruto (PDB) sebesar US$ 1,8 triliun.
Dengan kebijakan fiskal yang terkontrol, ketiga negara ini akan mencapai PDB kumulatif US$ 5 triliun pada 2015. Menurut Chaudhry, tingkat pertumbuhan ketiga negara ini menyaingi Brasil, Rusia, India, Cina, dan Afrika Selatan (BRICS). Dengan tingkat pertumbuhan ekonomi tersebut, Indonesia, Vietnam, dan Filipina akan menjadi magnet bagi investasi asing. "Hal ini tentunya akan mendukung permintaan properti di semua golongan."
Satu yang prospektif adalah sektor perkantoran. Menurut Chaudhry, pasar Indonesia, Vietnam dan Filipina akan menawarkan keuntungan yang lebih tinggi meski kurang stabil dibanding pasar Eropa dan Amerika. Sektor perkantoran diharapkan dapat memberikan tingkat pengembalian antara 12-18 persen lima tahun mendatang. (Baca: Firma Internet Kuasai Lahan Perkantoran di Asia)
Yang juga penting diperhatikan, kata Chaudhry, adalah kenaikan harga properti perkantoran yang mencapai 50 persen selama lima tahun terakhir. Meski begitu, harga rata-rata di tiga negara ini relatif rendah dibandingkan kawasan lain di Asia. "Ini memberi ruang untuk kenaikan harga yang lebih tinggi," katanya. (Baca: Bisnis Perkantoran, Kawasan Sudirman Jadi Incaran)
PINGIT ARIA
Berita Terpopuler
Pendiri Facebook Temui Jokowi, VOA Islam Berang
Komentari FPI, Megawati Ditanya Balik
3 Orang Ini Calon Kuat Jaksa Agung Kabinet Jokowi