TEMPO.CO, Jakarta - Vice President Corporate Communication PT Garuda Indonesia Tbk Pujobroto mengatakan kinerja keuangan Garuda terkena dampak melemahnya nilai tukar rupiah. Menurut Pujo, depresiasi rupiah membuat beban Garuda meningkat. "Biaya operasional mengalami kenaikan signifikan," ujarnya kepada Tempo, Ahad, 12 Oktober 2014. (Baca juga: Kurs Rupiah Bertahan di Level 12.222)
Menurut Pujo, 70 persen biaya operasional dalam industri penerbangan dikeluarkan dalam mata uang dolar Amerika. Saat ini, tutur dia, depresiasi kurs rupiah sudah mencapai 23 persen. Pujo menuturkan setiap penurunan kurs Rp 100 akan menyebabkan kenaikan biaya operasional US$ 12,8 juta.
Salah satu komponen yang menyebabkan kenaikan biaya adalah pembelian bahan bakar avtur. Dalam situasi normal, kata Pujo, biaya pembelian bahan bakar mencapai 20-25 persen dari total ongkos operasional. Seiring melemahnya rupiah, biaya untuk bahan bakar meningkat hingga 40 persen. (Baca: Rupiah Melemah, Jokowi Kritik DPR)
Sebelumnya, Direktur Utama Garuda Indonesia Emirsyah Satar menuturkan pengaruh depresiasi rupiah terhadap kinerja keuangan perseroan mencapai 23 persen year-on-year. Dia berujar, kerugian disebabkan oleh pembelian bahan bakar, biaya sewa pesawat, dan perawatan pesawat.
Analis dari PT Universal Broker Indonesia, Satrio Utomo, menuturkan pelemahan rupiah akan merugikan perusahaan yang mencatatkan laporan keuangan dalam satuan dolar Amerika. Sebab, kata Satrio, rasio beban akan semakin meningkat seiring dengan menguatnya dolar.
(Baca: Situasi Politik Memanas, Rupiah Ditutup Melemah
DINI PRAMITA
Berita Terpopuler
Golkar Gabung Pemerintah,Fadel Kasihan Pada Jokowi
PAN dan PPP Siap Beri Kursi ke Koalisi Jokowi
Ini Tokoh Dunia yang Pernah Temui Jokowi