TEMPO.CO, Jakarta - Sepanjang triwulan II tahun 2014, pertumbuhan produksi industri manufaktur besar dan sedang tercatat naik tipis sebesar 4,57 persen dibandin triwulan II tahun sebelumnya. Pertumbuhan ini terutama disokong oleh peningkatan produksi industri mesin dan perlengkapan, makanan dan farmasi, serta produk obat kimia dan obat tradisional.
"Pada kuartal pertama memang farmasi sempat turun 6,65 persen, industri karet dan plastik juga turun 3,98 persen," kata Kepala Badan Pusat Statistik Suryamin dalam konferensi pers di kantornya, Senin, 4 Agustus 2014. (Baca:Bisnis Pengolahan Bahan Pangan Potensial)
Adapun industri yang tercatat mengalami penurunan produksi yakni industri tekstil, jasa reparasi dan pemasangan mesin, serta industri percetakan dan reproduksi media rekaman. "Provinsi yang paling tinggi mengalami kenaikan adalah Papua Barat, naik 26,14 persen, year-on-year. Sementara Banten turun 4,34 persen," kata Suryamin.
Di beberapa daerah, dilaporkan telah terjadi penurunan investasi industri manufaktur. Hal tersebut dinilai sebagai dampak penyelenggaraan pemilihan umum. "Investasi industri di bidang infrastruktur pada beberapa bulan terakhir memang agak turun karena efek pemilu, tapi secara keseluruhan, dibanding tahun lalu, masih meningkat," kata staf ahli Menteri Perindustrian, Erna Zetta, pada kesempatan yang sama. (Baca:Asing Masih Mendominasi Investasi di Indonesia )
Menurut Erna, naik-turunnya investasi juga bergantung pada kondisi politik. Berdasarkan data Kementerian Perindustrian, secara keseluruhan pada semester pertama, pertumbuhan industri berada di bawah 6 persen. Kondisi tersebut sejalan dengan pertumbuhan ekonomi pada tahun ini yang diprediksi mencapai 5,1-5,5 persen. (Baca:Investor Jepang Agresif di Pengolahan Makanan)
PRASETYO DHARMA
Baca juga:
Bagaimana ISIS Masuk Indonesia?
ISIS Hancurkan Makam Nabi Yunus, Ini Alasannya
Jokowi Bantah Tudingan Preteli Koalisi Pro-Prabowo
Jokowi Hadiri Syukuran Bareng Artis Salam Dua Jari
Justin Bieber Serang Orlando Bloom di Pesta