TEMPO.CO, Jakarta - Penerimaan bea dan cukai sepanjang semester pertama tahun 2014 meleset dari target yang ditetapkan dalam Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara Perubahan. Hingga 30 Juni 2014, realisasi penerimaan bea-cukai sebesar Rp 80,31 triliun atau hanya 92,46 persen dari target proporsional semester pertama sebesar Rp 86,86 triliun.
"Penerimaan bea-cukai semester pertama ini tidak tercapai," kata Direktur Penerimaan dan Peraturan Kebapeanan dan Cukai Direktorat Jenderal Bea dan Cukai, Susiwijono Moegiarso, saat dihubungi Tempo, Selasa, 15 Juli 2014.
Menurut Susiwijono, realisasi penerimaan yang belum mencapai target ini berasal dari dua sisi, baik kinerja pabean maupun cukai. Sepanjang semester pertama, kinerja penerimaan bea keluar dan bea masuk jauh di bawah target yang ditetapkan.
Ia menyebutkan realisasi penerimaan bea masuk hanya Rp 15,83 triliun atau 88,73 presen dari target semester pertama, sedangkan bea keluar hanya Rp 6,87 triliun atau 66,65 persen. Tidak tercapainya penerimaan pabean ini, kata dia, terutama karena target yang dipasang terlalu tinggi. "Misalnya bea masuk, karena targetnya tinggi, walaupun ada kenaikan nominal realisasi tahun 2014 dibandingkan 2013, tetap enggak bisa mencapai target APBNP 2014," ujarnya.
Selain itu, rendahnya penerimaan bea keluar juga disumbang dari berkurangnya kegiatan ekspor di sektor mineral. Menurut dia, sepanjang semester pertama, ekspor di sektor tersebut tidak ada, sehingga ada potensi bea keluar yang hilang sebesar Rp 5 triliun. "Sampai hari ini kan tidak ada ekspor mineral."
Pendapat serupa disampaikan oleh Direktur Jenderal Pengembangan Ekspor Nasional Kementerian Perdagangan, Nus Nuzulia Ishak,. Menurut dia, ada potensi penurunan ekspor pada Juni akibat masih ditahannya ekspor produk mineral. Padaha, sektor ini menyumbang US$1,5-2 miliar.
Adapun realisasi penerimaan dari cukai juga belum optimal. Sepanjang Januari-Juni 2014, penerimaan cukai hanya Rp 57,62 triliun atau 49,1 persen dari target tahunan.
Menurut Susiwijono, tak tercapainya target cukai ini murni karena pemerintah mematok target tahunan yang terlalu tinggi. Pada 2013, target cukai hanya Rp 104,7 triliun, sedangkan tahun ini mencapai 117,4 triliun tanpa dibareng kenaikan tarif cukai. Adapun penerapan gambar peringatan di bungkus rokok (picturial health warning/PHW) belum berdampak signifikan pada penerimaan cukai.
AYU PRIMA SANDI
Terpopuler:
Mubarok Beberkan 'Bom' Uang di Kongres Demokrat
Deddy Mizwar Diberi Dua Pilihan jika Main Sinetron
Hasil Pemilu Menurun, Ical Didesak Gelar Munas
Samsung Setop Bisnis dengan Pemasok Cina