TEMPO.CO , Jakarta- Direktur Utama PT Arwana Citramulia (ARNA) Tandean Rustandy mengatakan kebutuhan keramik Indonesia tergolong rendah. Di menuturkan konsumsi keramik Indonesia kalah dibanding dengan negara-negara di kawasan Asia Tenggara. "Konsumsi kita masih 1,67 meter persegi per kapita. Sedangkan di Vietnam 4 meter dan Thailand di atas 3 meter," katanya saat ditemui di kantor Kementerian Perindustrian, Rabu 28 Mei 2014.
Tandean mengatakan pihaknya saat ini memfokuskan produksi keramik untuk pasar domestik. Dia memprediksi peluang pasar keramik masih tinggi seiring dengan pertumbuhan generasi muda yang belum mempunyai rumah. "Kalau satu orang mempunyai luas bangunan rumah 50 sampai 60 meter persegi, kebutuhannya masih sangat tinggi," katanya. (Baca juga: Jelang Pilpres, Sektor Properti Membaik).
Menteri Perindustrian Mohamad Suleman Hidayat mengatakan industri keramik Indonesia merupakan salah satu industri yang sedang berkembang. Dia menuturkan dengan potensi jumlah penduduk yang besar, cadangan bahan baku melimpah dan meningkatnya pembangunan infrastruktur, industri keramik sangat prospektif untuk dikembangkan.
Hidayat mengatakan pada tahun 2013, total kapasitas produksi pada industri keramik Indonesia mencapai 1,4 juta meter persegi per hari. Sedangkan total produksi keramik medapai 1,32 juta meter persegi per hari. Sebanyak 85 persen produksi keramik nasional dikonsumsi untuk pasar domestik, sedangkan sisanya untuk kebutuhan ekspor.
Dia memperkirakan pada tahun 2014, produksi keramik mencapai total penjualan sebanyak US$ 3 miliar. Total penjualan ini berasal dari 35 perusahaan dan 80 pabrik yang memperkerjakan 200 ribu tenaga kerja. "Dengan angka tersebut diharapkan industri keramik bisa berkembang lagi mengingat konsumsi keramik domestik masih lebih rendah dibanding negara ASEAN lainnya," katanya.
ALI HIDAYAT
Terpopuler
Buka Kantor di Jakarta, Apple Tawarkan Lowongan
Cokelat Cadbury Mengandung Babi?
Cadbury Berbabi, Tweeps Indonesia Resah