TEMPO.CO , Jakarta: Direktorat Jenderal Bea dan Cukai Kementerian Keuangan yakin krisis politik di Thailand belakangan ini tak mengganggu kinerja perdagangan Indonesia dan negara Gajah Putih tersebut. Hal itu terlihat dari beberapa tahun sebelumnya saat krisis politik yang melanda Thailand tak berimbas terhadap volume impor dari negara tersebut ke Indonesia.
“Nilai ekspor dari Thailand ke Indonesia tetap tinggi, seakan-akan tidak terpengaruh kondisi politik di sana,” ujar Direktur Penerimaan dan Peraturan Kepabeanan dan Cukai, Susiwijono Moegiarso, ketika dihubungi, Ahad, 25 Mei 2014.
Ia menuturkan, Thailand sudah menjadi negara terbesar ketiga atau keempat sebagai asal impor ke Indonesia. Adapun produk-produk impor utama dari Thailand kebanyakan berupa produk otomotif dan suku cadangnya. (Baca: Kuartal I, Toyota Ekspor 33.327 Unit Mobil)
Saat ini, nilai perdagangan kedua negara sangat tinggi dengan defisit yang sangat besar. “Nilai impor Indonesia dari Thailand lebih besar daripada ekspor," ujar Susiwijono. (Baca: Bulan Depan, AirAsia Tutup Empat Rute Penerbangan)
Menurut catatan Bea dan Cukai, nilai impor Indonesia dari Thailand sepanjang kuartal pertama tahun ini mencapai US$ 2,35 miliar. Sementara itu, nilai ekspor untuk periode yang sama ke Thailand tercatat US$ 1,30 miliar. "Sehingga terjadi defisit US$ 1,05 miliar.”
Sementara itu, Direktur Jenderal Industri Berbasis Teknologi Tinggi Kementerian Perindustrian, Budi Darmadi, hanya berkomentar singkat ketika ditanya mengenai kemungkinan pengaruh kondisi politik Thailand terhadap industri otomotif di Indonesia. "Kami belum bisa menjawab karena tidak tahu situasi politik di sana," ucapnya.
MARIA YUNIAR
Berita terpopuler:
BBM Subsidi di Timor Leste Laku Rp 10-15 Ribu
Selasa-Jumat, Hari 'Bebas Sapi' di Perbatasan
Bulan Depan, AirAsia Tutup Empat Rute Penerbangan