TEMPO.CO, Jakarta - Menteri Koordinator Perekonomian Chairul Tanjung menilai wajar jika PT HM Sampoerna Tbk melakukan diversifikasi bisnis dari sigaret kretek tangan menjadi sigaret kretek mesin. Sebab, keputusan itu didasarkan pada pertimbangan efisiensi bisnis. “Kalau mesin lebih efisien, kita enggak bisa menyalahkan mereka,” ujarnya di Jakarta, Selasa, 20 Mei 2014.
Menurut dia, saat ini perhatian pemerintah adalah soal bagaimana kajian dan kondisi riil upah buruh di pabrik sigaret kretek tangan dibandingkan dengan produktivitasnya. “Saya tidak mau hanya kajian, tapi realitasnya seperti apa,” katanya.
Menurut Chairul, produsen rokok ini bukan menutup pabrik yang memproduksi rokok merek A Mild, melainkan sigaret kretek tangan yang pasarnya sudah turun. “Jadi, jangan dibesar-besarkan,” katanya. (baca:Sampoerna Tutup, Petani Cengkeh Tidak Terpengaruh)
Rencananya, pekan depan Chairul akan mengundang asosiasi pengusaha, seperti Kamar Dagang dan Industri Indonesia (Kadin) dan Asosiasi Pengusaha Indonesia (Apindo) untuk mengetahui permasalahan yang dialami industri. Pada masa jabatan selama lima bulan ini, Chairul akan menyelesaikan permasalahan realistis yang bisa diselesaikan. “Filosofinya kita akan mendorong sektor industri habis-habisan,” katanya.
Akhir pekan lalu, HM Sampoerna mengumumkan telah merumahkan 4.900 karyawannya akibat dua pabriknya di Lumajang dan Jember, Jawa Timur, ditutup. Juru bicara Sampoerna Maharani Subandhi mengatakan langkah itu dilakukan akibat menurunnya pasar produk sigaret kretek tangan. Tahun lalu volume penjualan sigaret kretek tangan turun 13 persen dan pada kuartal I 2014 turun 16,1 persen.
JAYADI SUPRIADIN
Berita lain:
Jadi Cawapres, Ini Daftar Kebijakan Kontroversi JK
Profil Wisnu Tjandra, Bos Artha Graha yang Hilang
Inanike, Pramugari Garuda yang Salat di Pesawat