TEMPO.CO, Jakarta - Direktur Penerimaan dan Peraturan Kepabeanan dan Cukai Direktorat Jenderal Bea dan Cukai Susiwijono Moegiarso mengatakan tren konsumsi Sigaret Kretek Tangan (SKT) turun selama sepuluh tahun terakhir.
"Sampoerna Hijau, Dji Sam Soe, dan Gudang Garam Merah, itu konsumsinya turun," katanya saat ditemui di Kementerian Koordinator Bidang Perekonomian, Selasa, 20 Mei 2014. (Baca juga: Lima Tahun Lagi, Rokok Kretek Tinggal Kenangan)
Ia mengungkapkan, meski Sampoerna melakukan penutupan pabrik, Bea dan Cukai tetap optimistis target penerimaan cukai tercapai. Tahun ini target penerimaan cukai Rp 116,28 triliun tercapai, dengan kontribusi dari rokok sebesar Rp 110,5 triliun. "Saya yakin Rp 111 triliun masuk," ucapnya. (Baca juga: Rokok Penyumbang Inflasi Tertinggi di Jawa Barat)
Susiwijono menuturkan penutupan pabrik tersebut merupakan kondisi yang tidak bisa dihindari. "Dalam sepuluh tahun terakhir, trennya seperti itu," katanya. Ia mengatakan konsumsi Sigaret Kretek Mesin (SKM) naik meski SKT turun. Kemungkinan masyarakat makin sadar kesehatan sehingga mengurangi konsumsi rokok kretek dan beralih ke rokok filter dan mild.
Menurut dia, hilangnya penerimaan cukai akibat penutupan pabrik Sampoerna akan terkompensasi dari SKM. SKM Sampoerna di Purwakarta mengalami kenaikan sangat tinggi. Susiwijono mengatakan pabrik rokok mild di ASEAN berpusat di Purwakarta.
"Kontribusinya ke cukai per tahun naik triliunan rupiah, jadi terkompensasi," ucap Susiwijono. Dengan tren penurunan SKT, ia memprediksi ada pabrik selain Sampoerna yang juga gulung tikar.
Susiwijono menuturkan pola konsumsi rokok telah berubah. Dengan perubahan pola konsumsi ini, pola produksi pasti berubah karena mengikuti permintaan konsumen. Jika produksi berubah, yaitu tren konsumsi SKT turun dan SKM naik, sudah pasti pabrik SKM pelan-pelan ditutup karena memang tidak ada konsumennya. (Baca: Lima Tahun Lagi, Rokok Kretek Tinggal Kenangan)
Bea dan Cukai mencatat, sepanjang 2013, volume produksi SKM, SKT, dan Sigaret Putih Mesin (SPM) mencapai 341,9 miliar batang. Tahun ini angka produksi diperkirakan naik menjadi 358-360 miliar batang. Susiwijono menyebutkan persentase SKT turun tiap tahunnya.
"Kalau tahun 2013 itu 26 persen dari total 341 miliar batang, tahun ini kami hitung tinggal 24,8 persen dari total 360 miliar batang," ucap Susiwijono. Meski demikian, ia menyebutkan, tahun ini tidak ada kenaikan cukai, sementara tahun depan pasti banyak tuntutan kenaikan cukai.
Ia menuturkan, menurut sebagian kalangan, harga rokok di Indonesia masih sangat murah. Di Singapura, harga sebungkus rokok mencapai Sin$ 7. (Baca juga: Sampoerna Tutup, Petani Cengkeh Tidak Terpengaruh)
MARIA YUNIAR
Berita lain:
Jadi Cawapres, Ini Daftar Kebijakan Kontroversi JK
Profil Wisnu Tjandra, Bos Artha Graha yang Hilang
Inanike, Pramugari Garuda yang Salat di Pesawat
Anak Buah Hilang, Ini Kata Tomy Winata