TEMPO.CO, Jakarta - Fadhil Hasan, Direktur Eksekutif Gabungan Pengusaha Kelapa Sawit Indonesia (GAPKI), menyatakan target ekspor minyak sawit mentah (CPO) tahun ini tidak akan mengalami banyak perubahan dibanding tahun sebelumnya. "Overall, target volume ekspor CPO tahun ini tidak terlalu tinggi dan tidak banyak berubah dari tahun lalu", kata Fadhil kepada Tempo, Senin, 12 Mei 2014.
Fadhil melanjutkan, pasar ekspor CPO Indonesia yang sebagian besar dikirim ke India, Pakistan, Korea Selatan, dan negara-negara di Eropa Timur akan sangat bergantung pada pertumbuhan ekonomi di negara-negara tersebut. (Baca: Cina Melambat, Neraca Perdagangan Indonesia Minus)
Sebaliknya, Fadhil menyatakan bahwa pasar domestik kelapa sawit justru sedang bergairah. "Ada konsumsi dalam negeri yang cukup besar, dan sedang kami seriusi, nilai (harganya) juga sudah lebih bagus," katanya.
Sebelumnya Menteri Keuangan Chatib Basri menyatakan gross domestic product (GDP) tidak mungkin mencapai 5,8 persen. "Tidak mungkin di atas 5,5 persen, terus terang kemarin 5,2 persen itu di luar ekspektasi," ujar Chatib di kantornya, Jumat, 9 Mei 2014.
Ia menjelaskan revisi target pertumbuhan itu disebabkan realisasi ekspor yang jauh lebih rendah dari yang diperkirakan. Karena itu, Chatib menyarankan, ekspor harus beralih ke komoditas di luar mineral.
Menurut Chatib, harga komoditas yang mengalami peningkatan saat ini adalah Crude Palm Oil (CPO), seiring dengan kondisi Amerika Serikat (AS) yang mulai pulih. (Baca: Target Pertumbuhan Ekonomi 2015 5,5–6,3 Persen)
Adapun Wakil Menteri Keuangan Bambang Brodjonegoro mengatakan ekspor Indonesia mengalami pelemahan, salah satunya karena perekonomian Tiongkok melemah yang berdampak pada penurunan ekspor Indonesia ke Tiongkok. "Bukan hanya ekspor bahan tambang mentah, tapi juga batu bara, karena mereka juga mengimpor batu bara kalori rendah," katanya akhir pekan lalu.
RIDHO PRASETYO | MARIA YUNIAR
Terpopuler:
Jokowi Jadi Presiden, Dahlan: Harga BBM Tetap Naik
Kenapa Pekan Ini Penting Bagi IHSG?
Dahlan: PGN Tak Jadi Akuisisi Pertagas