TEMPO.CO, Semarang - Kegiatan ekspor di Jawa Tengah terganggu akibat kekurangan peti kemas. Terminal Petikemas Semarang di Pelabuhan Tanjungmas mencatat kekurangan itu akibat kenaikan volume peti kemas kosong untuk ekspor.
Peningkatannya mencapai 18 persen dibanding kebutuhan pada periode yang sama tahun lalu. ”Total hingga kuartal pertama 2014 TPKS menangani 140.761 TEUS (Twenty-foot Equivalent Units),” kata Iwan Sabatini, General Manager TPKS, Selasa, 29 April 2014.
Menurut Iwan, kenaikan volume peti kemas kosong terjadi karena banyak permintaan peti kemas ekspor ukuran 40 kaki. Fenomena itu disebabkan kecenderungan pelaku impor menggunakan peti kemas 20 kaki, sedangkan kegiatan ekspor menggunakan peti kemas ukuran 40 kaki.
”Kecenderungan ini menyebabkan Jawa Tengah kekurangan peti kemas ukuran 40 kaki sehingga perlu mendatangkan peti kemas kosong, khususnya peti kemas high cube untuk ekspor,” kata Iwan.
Data TPKS Pelabuhan Tanjung Mas Semarang menyebutkan pada triwulan pertama 2014 aktivitas impor yang menggunakan peti kemas ukuran 40 kaki sebanyak 8.501 boks, sedangkan ekspor hanya 329 boks. “Banyaknya peti kemas impor ukuran 40 kaki akan digunakan kembali untuk kebutuhan ekspor,” kata Iwan.
Manager Operasi TPKS Pelabuhan Tanjung Mas Semarang Edi Sulaksono menyatakan upaya mendatangkan peti kemas ukuran 40 kaki bisa dilakukan dari Singapura atau Jakarta. “Kalau dari Jakarta bisa diangkut lewat jalur darat Pantura atau pelayaran domestik,” kata Edi.
Menurut dia, selama tiga bulan pertama TPKS melayani sandar 160 kapal pengangkut berbendara internasional maupun domestik dengan tonase mencapai 2.241.761 Gross Tonnage, atau meningkat 14,9 persen.
Saat ini komoditas impor yang menyebabkan kenaikan didominasi komoditas kedelai. ”Ada perubahan pola pengiriman sebelumnya. Saat itu kedelai impor dikirim menggunakan kapal konvensional,” kata dia.
EDI FAISOL
Berita lain:
Timnas U19 Akan Lawan Liverpool
Malu, Adik Tersangka Kasus JIS Menghilang
Pertama di Dunia, BRI Miliki Satelit Sendiri