TEMPO.CO, Jakarta - Kepala Ekonom Samuel Aset Manajemen Lana Soelistianingsih memperkirakan rupiah akan mengalami beberapa sentimen positif hari ini. Selain didukung oleh surplus neraca perdagangan dalam negeri, laju penguatan rupiah juga dipengaruhi oleh tren pelemahan dolar Amerika Serikat.
“Kinerja perekonomian AS yang dinilai belum menunjukkan perbaikan signifikan membuat investor global tetap mempertahankan investasi di pasar negara berkembang,” ujar Lana ketika dihubungi, Senin, 10 Februari 2014. (Baca juga: Siang Ini Rupiah Pimpin Penguatan Mata Uang Asia)
Lana mengatakan, akibat spekulasi dilanjutkannya kebijakan pengurangan paket stimulus moneter (tapering off), tren pelemahan dolar diperkirakan tak bertahan lama. Pernyataan petinggi bank sentral AS (The Fed), Richard Fisher, bahwa The Fed masih dalam jalur yang benar untuk mengurangi jumlah pembelian obligasi masih berpeluang mengangkat nilai dolar kembali ke level semula.
Sentimen positif yang lain, kata dia, soal perkiraan masih akan dipertahankannya tingkat suku bunga acuan (BI rate) pada pekan ini juga dapat mendorong laju apresiasi rupiah. Diperkirakan pada awal pekan ini rupiah diperdagangkan pada kisaran level 12.150-12.200 per dolar AS. (Lihat juga: Kurs Regional Naik, Merespons Data Negatif AS)
Untuk sentimen luar negeri, ekspektasi negatif data tenaga kerja Amerika Serikat (AS) menjadi katalis utama yang menekan pergerakan dolar. Melemahnya data tenaga kerja memunculkan kekhawatiran terhadap melambatnya kinerja perekonomian AS. Akibatnya, kepercayaan investor global terhadap mata uang dolar akan berkurang.
GALVAN YUDISTIRA
Terpopuler:
Ekspor Mineral Diyakini Segera Pulih
3 Bulan Lagi, Foxconn Daftarkan Investasinya di RI
Foxconn Perkirakan Pasar Ponsel RI Capai 50 Juta
Pabrik Foxconn di RI Tidak Hanya Produksi Ponsel?