TEMPO.CO, Jakarta - Peneliti Institute for Develepment of Economics and Finance (INDEF) Enny Sr Hartati mengatakan teknologi uang yang beredar saat ini sudah 10 tahun tidak diperbarui. Hal ini seharusnya menjadi catatan pemerintah, karena menurut dia, menjelang pemilu, peredaran uang palsu diperkirakan akan semakin meningkat.
“Seharusnya benar-benar dilakukan standar, terkait dengan material, kode, keamanan yang harus ditingkatkan, hal ini karena teknologi yang sekarang digunakan untuk mendeteksi uang palsu, yaitu 3D, sudah tidak mempan lagi, sudah bobol,” ujar Enny ketika dihubungi, Kamis, 19 Desember 2013.
Enny menambahkan, uang palsu yang banyak beredar di masyarakat adalah pecahan besar seperti Rp 50 ribu dan Rp 100 ribu. Kebanyakan uang ini digunakan saat malam hari dan dilakukan di pinggiran kota. Oleh karena itu, pemerintah juga harus terus melakukan pengawasan dan pengecekan terkait dengan hal tersebut.
“Selain itu, Bank Indonesia harus memastian ada counter untuk pengecekan uang palsu di ruang publik. Hal ini untuk mengantisipasi pengecekan dan monitoring, soalnya sekarang di peretail kecil, alat detektornya sudah banyak yang bobol,” jelasnya.
Masyarakat juga harus mendapatkan pelatihan perihal teknologi peredaran uang palsu yang semakin canggih. Pelatihan ini penting, menurut Enny, karena teknologi 3D yang ada sekarang sudah tidak bisa lagi diterapkan untuk menghambat teknologi pemalsuan uang.
GALVAN YUDISTIRA
Terpopuler
Ratu Atut Pernah Minta Rano Mundur
Mengapa Rumah Atut Dijaga Ratusan Pendekar?
Di Depan Jokowi, SBY Singgung Soal Presiden Baru
Atut Tersangka, Ini Kata Rano Karno
Pengacara Atut: Uang Rp 1 Miliar Milik Suami Airin
Atut Tersangka, Airin Hanya Tersenyum
Ahok Sindir Polisi: Dosa Lama Jangan Jadi ATM