TEMPO.CO, Jakarta - Sekretaris Korporat Lion Air, Ade Simanjuntak, mengatakan pembelian 50 pesawat baru Lion Air baru sebatas rencana. Perusahaan telah membicarakannya dengan perusahaan penyedia pesawat asal Kanada, Bombardier Inc.
Menurut Ade, pembicaraan belum sampai ke detail jumlah pesawat dan berapa dana yang disiapkan. "Sejauh ini kami lihat pesawat Bombardier bagus, tapi kami belum memutuskan untuk membeli. Kami sedang melakukan evaluasi," ujar Ade ketika dihubungi, Kamis, 7 November 2013.
Soal larangan penggunakan ban rekondisi pada pesawat buatan Kanada ini, Ade mengatakan bahwa dirinya belum mengetahui. Ade menjelaskan, jika prosedur operasi melarang pesawat menggunkaan ban rekonsisi, Lion Air tidak akan memakai. "Kami berusaha sesuai prosedur."
Ade menyebutkan sejumlah faktor yang masih dipertimbangkan Lion sebelum memutuskan membeli pesawat buatan pabrik yang berbasis di Montreal ini. Faktor itu antara lain mesin dan pembakaran serta kapasitas pesawat. "Apakah ini sesuai dengan rute dan target kami? Lion juga mempertimbangkan kemudahan pembelian suku cadang.
Rencana pembelian armada baru ini dilakukan di tengah kebijakan pemerintah yang akan menghentikan sementara (moratorium) izin penerbangan, terutama di dalam negeri. Menurut Direktur Jenderal Perhubungan Udara Kementerian Perhubungan, Herry Bhakti Singayudha Gumay, moratorium dilakukan karena kapasitas bandara terlalu padat serta jumlah tenaga yang tidak seimbang dengan kuantitas penerbangan. "Banyak keluhan yang muncul karena kepadatan ini," kata dia dalam diskusi di Hotel Milenium Jakarta beberapa waktu lalu.
GALVAN YUDISTIRA
Terpopuler
Kata Hakim Vica soal Isu Selingkuh dan Foto Syur
Hakim Vica: 15 Tahun Tak Dinafkahi Suami
Diisukan Menikah Lagi, Ratu Atut: Astagfirullah
Dipecat, Hakim Vica Tetap Dapat Gaji Pensiun
Ini Curhat Hakim Vica Setelah Dipecat
Jokowi Kesal Namanya Dicatut Anak Buah untuk Minta Duit
Trik Antisadap Angelina Sondakh Disarankan Ditiru
Ini Daftar Para Penerima Dana Haram Hambalang
Curhat Adik Atut: Kenapa Tempo Marah Sekali?
Ratu Atut Sering 'Malming' di Singapura