TEMPO.CO, Jakarta - Memburuknya data dalam negeri di tengah minimnya sentimen positif regional membuat indeks kembali mengalami koreksi tajam. Indeks harga saham gabungan (IHSG) di Bursa Efek Indonesia hari ini terjun bebas 78,04 poin (1,73 persen) ke level 4.432,59.
Kejatuhan saham-saham blue chip seperti Bank BRI, Astra Internasional, dan Telkom Indonesia menjadi pemberat indeks. Asing mencatat penjualan bersih Rp 540 miliar.
Analis dari PT Mega Capital Indonesia, Helen Vincentia, mengatakan data-data ekonomi yang dirilis pada awal bulan menjadi penyebab jatuhnya IHSG, terutama data defisit neraca perdagangan. "Inflasi sudah diantisipasi pelaku pasar, namun defisit perdagangan sangat di luar ekspektasi."
Di luar dugaan, defisit perdagangan bulan September mencapai US$ 660 juta. Hal itu disebabkan ekspor bulan September yang sebesar US$ 14,81 miliar dan impor US$ 15,47 miliar. Adapun inflasi bulan Oktober sebesar 0,09 persen. Secara tahun kalender (year to date), inflasi mencapai 7,85 persen. Pada akhir tahun, laju inflasi diperkirakan masih aman di bawah 9 persen.
Membengkaknya defisit perdagangan membuat kebutuhan dolar melonjak sehingga rupiah langsung terjun ke level 11.330 per dolar Amerika. "Di tengah kekecewaan pelaku pasar terhadap laba bersih emiten yang di bawah ekspektasi, pelemahan rupiah bakal semakin menghambat laju indeks pada bulan November," Helen mengungkapkan.
Bursa regional bervariasi hingga pukul 17.05 WIB. Nikkei 225 melemah 0,88 persen ke 14.201,57, Hang Seng menguat 0,19 persen ke 23.249,79, Indeks Strait Times terkoreksi 0,29 persen ke 3.201,20, dan bursa Korea menguat 0,46 persen ke 2.039,42.
PDAT | M. AZHAR