TEMPO.CO, Jakarta - Menteri Perdagangan Gita Wirjawan belum bisa memastikan adanya keterlibatan mafia kedelai yang membuat harga kedelai mahal di pasaran. "Kemungkinan adanya kartel kedelai bisa saja. Nanti akan diselidiki," kata Menteri Gita saat hadir dalam unjuk rasa warga di sentra produksi tahu-tempe di Kelurahan Semanan, Kalideres, Jakarta Barat, Senin, 9 September 2013.
Ketua Pengurus Gabungan Koperasi Tahu-Tempe Indonesia Aip Syarifuddin menceritakan, pada Juli 2013, harga kedelai masih di bawah Rp 7.500 per kilogram. Tiba-tiba kenaikan hingga September 2013 menjadi Rp 8.500-10.000 per kilonya. Ia curiga, jika kenaikan melebihi Rp 8.500, bisa jadi ada yang bermain-main dalam distribusi kedelai ini. Lantaran itulah, Aip berharap Harga Jual Perajin (HJP) tetap diatur pemerintah. Sebab, kenaikan harga kedelai dipengaruhi kurs mata uang asing, stok dalam negeri, distribusi, dan kenaikan BBM. (Baca: Gita Janjikan Harga Khusus Kedelai untuk Perajin)
Menteri Gita berjanji akan berunding dengan para importir untuk memastikan stok kedelai yang disalurkan kepada para perajin. Pengusaha, kata Gita, memiliki stok kedelai hingga 300 ribu ton. Pemerintah juga akan menekan importir agar memberikan harga khusus kepada para produsen tahu-tempe. "Ini janji saya sebagai perwakilan pemerintah," katanya.
MUHAMMAD MUHYIDDIN
Berita Lainnya:
Menhut Tak Nyaman dengan Pertanyaan Harrison Ford
Personel Coboy Junior Belajar dari Kecelakaan Dul
Kecelakaan Maut Jagorawi, Lancer Dul Atas Nama AD
Mahasiswi Dijual Pacarnya ke Lokalisasi Banyuwangi
Teman Dul Kembali Berdatangan ke RSPI