TEMPO.CO, Tokyo -Jepang untuk pertama kalinya mencatatkan utang melebihi 1.000 triliun yen. Total utang Jepang mencetak rekor baru, mencapai 1.008,6 triliun yen atau US$10,46 triliun sampai Juni 2013. Jumlah ini naik 1,7 persen dibandingkan tiga bulan sebelumnya.
Jumlah utang terbesar di dunia ini mendorong Perdana Menteri Jepang, Shinzo Abe, untuk menaikkan pajak penjualan dua kali lipat demi menjaga kestabilan keuangan pemerintah. Lembaga pemeringkat Moody's Investors Service kemarin mengingatkan bahwa memburuknya kondisi keuangan akan menghapus tingkat kepercayaan investor pada obligasi pemerintah.
"Nilai utang yang terus merangkak naik memicu Abe untuk meningkatkan besaran pajak penjualan. Kebijakan ini harus dilakukan oleh pemerintahan Abe," kata ekonom di Royal Bank of Scotland Group Plc, Hanhua Wang seperti dikutip laman Reuters, Jumat,9 Agustus 2013.
Pemerintah Jepang sebelumnya memang berencana untuk menaikkan pajak penjualan dari 5 persen menjadi 8 persen. Pada Oktober 2015, pemerintah akan menaikkan lagi pajak penjualan menjadi 10 persen. Tapi pemerintahan Abe baru akan memutuskan apakah kebijakan ini jadi diimplementasikan atau tidak pada bulan September, atau setelah data produk domestik bruto Jepang dirilis.
Total utang Jepang lebih besar dua kali lipat dari besaran ekonomi negara tersebut. Defisit fiskal akan naik menjadi 10,3 persen, dari posisi sebelumnya 9,9 persen dibanding total PDB. Secara umum, tunjangan kesejahteraan naik menjadi 103 triliun yen pada 2010 dari 47 triliun yen pada 1990. "Reformasi pajak dan pemangkasan belanja untuk tunjangan kesejahteraan akan membantu pemerintah dalam mengurangi defisit," kata Wakil Presiden Moody's Investor, Thomas Byrne.
ANANDA TERESIA/REUTERS