TEMPO.CO, Jakarta - Ada cerita di balik rendahnya pencapaian target impor daging oleh Perum Bulog. Sumber Tempo mengatakan, hal ini tak lepas dari keluguan Bulog dalam mengimpor daging, proyek yang selama ini belum pernah dikerjakannya.
Sumber itu mengatakan, saat meminta izin impor, Bulog hanya melayangkan selembar surat tanpa melampirkan keberadaan karantina hewan dan gudang berpendingin. Padahal ini adalah syarat utama bagi semua importir daging.
Para pejabat Bulog pun ternyata belum memahami seluk-beluk impor daging. Pada awal Juli lalu, mereka mendatangi produsen daging di Selandia Baru dan Australia. Secara kebetulan stok daging menipis karena aktivitas produksi di Australia berkurang. Tim itu pun harus balik ke Jakarta dan membahas masalah ini. Akhirnya, ketika order secara resmi diajukan, stok kian minim.
Percepatan pengangkutan daging dengan pesawat pun bermasalah karena Bulog hanya diizinkan memasukkan daging melalui Pelabuhan Tanjung Priok, bukan bandara. Sebagai solusi, perizinan dipecah menjadi dua, yakni 800 ton didatangkan melalui Bandara Soekarno-Hatta dan 2.200 ton lewat Tanjung Priok. Lagi-lagi, strategi ini mendapat hambatan karena Bulog kesulitan memperoleh kontrak instalasi karantina bandara.
Akhirnya, menurut sumber Tempo, seorang importir bersedia menyewakan fasilitas. Itu pun gudang tak bisa langsung digunakan karena perizinannya sedang dalam proses di otoritas bandara. Kondisi ini membuat rapat koordinasi pangan, Kamis dua pekan lalu, semakin pesimistis terhadap Bulog. “Forget Bulog,” kata seorang pejabat.
Direktur Utama Perum Bulog Sutarto Alimoeso mengakui instansinya belum memahami prosedur impor daging. Menurut dia, pemerintah seharusnya membedakan antara perusahaan yang mendapat penugasan impor dan pebisnis biasa. Karena itu, Sutarto meminta beberapa persyaratan bisa diselesaikan bertahap. “Bukannya minta diistimewakan, tapi karena ini crash program, hal-hal administratif, teknis, kecil, bisa diselesaikan sambil jalan," katanya.
RETNO SULISTYOWATI | ANANDA PUTRI | BERNADETTE CHRISTINA | FERY FIRMANSYAH
SELENGKAPNYA BACA MAJALAH TEMPO EDISI SENIN 22 JULI 2013