TEMPO.CO, Jakarta - Kementerian Perindustrian memproyeksikan kebutuhan energi untuk sektor industri yang terbesar adalah kebutuhan akan gas alam. Staf ahli Menteri Perindustrian bidang Penguatan Struktur Industri, Achdiat Atmawinata, mengatakan tahun 2025 nanti gas alam yang diperlukan sebesar 1,36 juta british termal unit (MMBTU). "Jumlah itu setara dengan 51,2 persen dari total penggunaan energi untuk industri," kata dia saat berada di kantornya, Selasa, 16 Juli 2013.
Setelah gas alam, kata dia lagi, kebutuhan energi yang terbesar adalah batubara. Porsi kebutuhannya mencapai angka 20,3 persen atau sekitar 26,68 juta ton pada tahun 2025. Proyeksi ini dilakukan hanya menggunakan skenario Bussines as Usual.
Dia menjelaskan, jika efisiensi energi bisa dilakukan, kebutuhannya bisa ditekan. Dalam skenario akselarasi yang disertai efisiensi tercatat kebutuhan bisa menurun sebesar 8,6 persen. Artinya, kebutuhan gas alam akan turun menjadi 1,691 MMBTU, sedangkan batubara menjadi 33,89 juta ton. "Pemakaian energi kita masih bergantung pada penggunaan energi fosil," katanya.
Pada tahun 2012, penggunaan gas alam paling banyak digunakan oleh industri pupuk. Untuk kebutuhan bahan baku diperlukan gas sebesar 14 persen. Sebanyak 38 persen untuk kebutuhan utilitas dan 48 persen digunakan terkait proses industri secara keseluruhan, "Industri pupuk pemakan energi gas yang paling besar," ujarnya.
Ketergantungan industri pada energi fosil yang sudah terbatas membuat harga semakin tinggi. Dia mengatakan solar paling banyak digunakan oleh industri makanan, minuman, dan tembakau. Batubara dan gas alam banyak digunakan oleh industri semen dan barang galian bukan logam. Sementara energi listrik banyak digunakan oleh industri tekstil dan barang dari kulit. "Kita masih ketergantungan," katanya.
Menteri Perindustrian Mohammad Suleman Hidayat mengatakan salah satu cara yang paling ampuh untuk mengatasi pemborosan energi adalah dengan mengembangkan teknologi nuklir. Dia berpendapat jika energi nuklir bisa dikembangkan, persoalaan keterbatasan energi untuk industri dan kebutuhan lain bisa terpenuhi.
Namun masih terdapat masalah seperti kebutuhkan teknologi yang tinggi untuk mengembangkan nuklir. Selain itu, bobot politik yang ditanggungnya juga besar. Dia berpendapat studi nuklir harus dimulai sekarang. Walaupun belum jelas kapan akan digunakan. "Bisa 10-20 tahun lagi kita baru akan menggunakan nuklir. Tapi penelitiannya harus dimulai dari sekarang," kata dia.