TEMPO.CO, Jakarta - Menteri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif, Mari Elka Pangestu melakukan kunjungan kerja ke pusat penjualan busana muslim di pasar regional Tanah Abang Blok A dan Thamrin City Mal, pada 11 Juli 2013.
Menurut Mari, sejak lama kedua tempat ini menjadi destinasi belanja produk garmen dan busana karena menawarkan harga kompetitif, desain serta kualitas yang baik. Dari hasil mengunjungi sepuluh toko, Mari mengambil kesimpulan, produk dijual dibuat dalam negeri dengan industri rumahan mempekerjakan antara 50 – 200 pekerja.
Baca Juga:
Seperti saat ia mewawancarai pemilik batik Umang di lantai dasar Thamrin City. Daerah Pekalongan menjadi showroom dengan memakai bordir dan benang dari Tasikmalaya dan daerah lain.
Ia juga melihat, banyak kreativitas diperlihatkan dari produk dijual. Ada inovasi setiap tahunnya seperti celana bentuk sarung atau batik dari bahan sifon dengan aneka corak dari tenunan seperti Dayak dan Bali. “Dan banyak produk memiliki merek dan dipasarkan online. Merek dengan desain berbeda ini akan mengangkat harga,” katanya.
Selain menyasar masyarakat menengah ke bawah, lantai mal juga memuat segmen kelas menengah ke atas, seperti kelas butik di Dubai Street. Sambil melakukan interaksi dengan penjual, Mari juga membeli beberapa baju, rok, blus semi kebaya, sepatu, bahan motif ikat dan kerudung.
Menurut Mari, itu pengalaman pertamanya berkeliling pasar grosir untuk melihat tren dan perkembangan busana muslim di Jakarta. “Ternyata semua pedagang sangat mencintai produk lokal. Hampir semua pedagang menjual busana dibuat sendiri karyawan mereka,” kata Mari yang belanja sampai Rp 5 juta. Ia dapat celana sarung dan membeli hadiah lebaran buat staf.
Ia berpendapat, industri mode Indonesia mulai mengalami perkembangan.“Saya optimis tahun 2020 mendatang Indonesia bisa menjadi kiblat untuk tren busana muslim. Dan pada 2025 busana muslim Indonesia merambah ke pasar dunia," ujarnya didampingi Taruna Kusmayadi, dari Asosiasi Pengusaha Perancang Mode Indonesia.
“Indonesia punya potensi menjadi pusat mode dunia, terutama untuk busana muslim. Jika Indonesia mampu mengangkat keunikan, kelak bisa menjadi sumber inspirasi bagi pengembangan mode di dunia," katanya.
EVIETA FADJAR