TEMPO.CO, Jakarta- Wakil Menteri Perdagangan Bayu Krisnamurthi yakin inflasi mereda setelah hari raya Lebaran. “Saya kira kita masih bisa optimistis inflasi 2013 di kisaran 7,2 persen. Juli mungkin agak tinggi tapi setelah Lebaran lazimnya inflasi lebih rendah,” katanya pada Tempo, Rabu, 3 Juli 2013.
Hal ini merespons laporan Badan Pusat Statistik yang merilis angka inflasi Juni 2013 mencapai 1,03 persen. Dengan pertimbangan harga bahan bakar minyak (BBM) baru dinaikkan pada 22 Juni lalu, dan Ramadan mulai pekan depan, maka puncak inflasi diperkirakan akan terjadi bulan Juli ini.
Lebih jauh Bayu berharap inflasi pada Juli ini tidak lebih dari 1,1 persen. “Pengalaman menunjukkan perkiraan inflasi bulanan saat Ramadhan - Lebaran akan berada di kisaran 0.8-1.1 persen. Mudah-mudahan (bulan ini) masih berada di kisaran itu,” tuturnya.
Dengan inflasi yang terjaga di kisaran 1,1 persen itu, Bayu menyatakan bahwa asumsi inflasi pada Anggaran Penerimaan dan Belanja Negara 2013 sebesar 6-7,2 persen tidak akan jebol. Ia menjelaskan, selain akibat kenaikan harga BBM, pada periode Juni - Juli ini ada empat faktor musiman yg memang mendorong inflasi.
Keempat faktor musiman yang dimaksud adalah: Ramadan, libur sekolah, tahun ajaran baru dan puncak musim kemarau. Yang dimaksud faktor musiman Ramadan misalnya termasuk kegiatan-kegiatan tradisi seminggu menjelang Ramadan seperti nyadran atau munggah yang dilakukan masyarakat di sejumlah daerah dan terbukti menambah tingkat konsumsi.
Adapun musim liburan sekolah dan tahun ajaran baru mendorong masyarakat belanja lebih besar dari biasa dan belanja beberapa produk kebutuhan pendidikan meningkat. Sedangkan musim kemarau mengakibatkan berkurangnya pasokan beberapa produk termasuk cabai yang kini harganya sedang tinggi.
Untuk menjaga keseimbangan penawaran dan perimtaan selama periode kritis ini, Bayu menyatakan telah berkoordinasi dengan beberapa pemangku kepentingan seperti produsen makanan, pengusaha ritel hingga transportasi. “Pasokan sebenarnya tersedia dan cukup, kecuali cabai dan daging.”
Untuk itu, pemerintah kemudian membuka keran impor beberapa produk hortikultura seperti cabai, kentang dan bawang. Juga beberapa jenis buah seperti pisang, jeruk, anggur dan lengkeng. “Pasokan antar daerah dan impor mudah-mudahan akan segera menambah ketersediaan,” ujar Bayu.
PINGIT ARIA
Baca Juga:
Pernah Direcall, Boeing Baru Garuda Lolos Tes
Soal Newmont, Pemda NTB Lepas Bakrie
Inflasi Solo Mencapai Puncak di Bulan Juli
Rupiah Berpotensi Menguat Lagi
BPS: Penerima BLSM Salah Sasaran Hanya 1 Persen