TEMPO.CO, Jakarta - Juru Bicara Bank Indonesia, Difi Johansyah memperkirakan dampak inflasi dari kenaikan harga bahan bakar minyak bersubsidi berkisar 2,2 sampai 2,4 persen. "Ini terjadi selama dua tiga bulan pertama saja setelah diumumkan kenaikan harga BBM dan itu angka sudah angka total dampak langsung first round dan dampak ikutan second round," kata Difi, Kamis, 20 Juni 2013.
Difi menambahkan, dampak itu berupa tambahan terhadap baseline inflasi sebelum harga BBM naik. Mengacu pada data Badan Pusat Statistik, inflasi tahunan pada Mei berada di angka 5,47 persen.
Dengan pertambahan 2,2 persen - 2,4 persen, maka inflasi tahunan bisa mencapai 7,67 persen - 7,87 persen. "Dengan koordinasi BI dan Pemerintah, inflasi menjadi 7,2 persen (secara tahunan)," kata Difi.
Inflasi mulai Juni sampai Desember secara tahunan (year on year) akan berkisar 7 persen - 7,74 persen. "Perkiraan kita paling tinggi 7,74 persen, antara Juli sampai September," katanya. Adapun inflasi pada akhir Juni diperkirakan 7,09 persen.
Sebelumnya, Gubernur Bank Indonesia, Agus Martowardojo mengatakan jika ada kenaikan harga BBM, inflasi bulanan selama tiga bulan pertama (Juni, Juli dan Agustus) pasca kenaikan harga BBM bisa bertambah 2 persen. "Tapi akan turun berkala, di bulan keempat sudah hilang efeknya, tapi secara tahunan akan terus hingga kuartal IV 2013," katanya.
MARTHA THERTINA
Terhangat:
HUT Jakarta | Ribut Kabut Asap | Koalisi dan PKS | Demo BBM
Baca juga:
Ini Bukti SMS Kasus Cebongan Terencana
Cara Jokowi-Ahok Taklukkan Wakil Rakyat
Ini Masukan Radja Nainggolan untuk Timnas U-23
Perkosa 11 Gadis, Politikus Dieksekusi di Cina