TEMPO.CO, Jakarta-Menteri Perindustrian Mohamad Suleman Hidayat dan Menteri Perdagangan Gita Wirjawan hari ini meninjau lokasi pembangunan pabrik baja PT Krakatau-Posco di Cilegon, Banten. Di sana, kedua menteri bersama direksi perusahaan joint venture antara PT Krakatau Steel (Persero) Tbk dengan Pohang Iron & Steel Company (Posco) ini melakukan prosesi penyalaan oven (coke oven plant heating up).
"Saya gembira melihat pembangunan pabrik ini berjalan sesuai rencana," kata MS Hidayat dalam sambutannya, Selasa 11 Juni 2013.
Coke oven plant merupakan salah satu bagian pabrik yang berfungsi memproses batubara cookingcoal menjadi coke atau kokas. Kokas inilah yang akan digunakan sebagai bahan bakar untuk melebur besi cair di pabrik blast furnance dan sintering plant.
Untuk membuat kokas, batu refractory yang sudah tersusun membutuhkan pemanasan selama tiga bulan. Setelah itu, rencananya Presiden Susilo Bambang Yudhoyono akan meresmikan operasional pabrik pada 23 Desember mendatang.
Coke oven plant berada di tengah area pabrik Krakatau Posco yang luasnya mencapai 380 hektare. Pembangunan fasilitas ini sendiri memakan waktu 28 bulan dan menghabiskan dana sebesar US$ 357 juta. Dengan menyerap 5.400 ton cooking coal per hari, oven raksasa ini mampu memproduksi 1,3 juta ton kokas per tahun.
Peresmian Coke Oven Plant hari ini ditandai dengan penyalaan obor oleh Menteri Perindustrian MS Hidayat, Menteri Perdagangan Gita Wirjawan, Perwakilan Duta Besar Korea Selatan Kim Yeong-Seon, Walikota Cilegon Imam Ariyadi dan jajaran direksi Krakatau Posco. "Setelah panas dinyalakan, maka coke oven ini akan aktif setidaknya selama 50 tahun," Direktur Utama KRAS Irvan Kamal Hakim.
Pembangunan pabrik baja PT Krakatau-Posco, tahap pertama memang ditargetkan rampung pada akhir tahun 2013 ini. Hingga saat ini pabrik baja tersebut telah mencapai 90 persen. Pabrik baru tersebut akan memproduksi bahan baku baja berupa pelat dan slab untuk memenuhi kebutuhan berbagai sektor industri. Mulai galangan kapal, konstruksi dan manufaktur domestik, sekaligus memasok kebutuhan Krakatau Steel yang saat ini sedang melaksanakan proyek peningkatan kapasitas pabrik Hot Strip Mill (HSM).
Pabrik baja PT Krakatau Posco tahap pertama akan memiliki kapasitas produksi sebesar 3 juta ton per tahun. Kapasitas sebesar itu akan ditingkatkan lagi menjadi 6 juta ton per tahun, setelah selesainya pembangunan pabrik tahap kedua. Jumlah kapasitas tersebut dua kali dari total kapasitas produksi Krakatau Steel saat ini.
"Kami berharap pengoperasian pabrik baru ini mampu mengantisipasi lonjakan kebutuhan baja khususnya di pasar domestik yang diperkirakan tumbuh 8 - 9 persen per tahun dari tahun lalu yang mencapai 10,4 juta ton," ujar Irvan.
Irvan mengatakan, pengoperasian Krakatau Posco dapat menekan biaya inventory dan modal kerja KS, karena dapat mengurangi kebutuhan slab impor sebagai bahan baku Hot Rolled Coil (HRC). HRC merupakan produk baja yang saat ini menjadi sumber pendapatan utama perseroan.
Lebih lanjut, Irvan menyebutkan total biaya investasi pembangunan pabrik baja PT Krakatau Posco mencapai US$ 2,7 miliar atau sekitar Rp 23,94 triliun, dengan komposisi kepemilikan saham 30 persen dimiliki KS dan Posco menguasai 70 persen saham. Berdasarkan kesepakatan bersama, KS memiliki opsi untuk meningkatkan porsi kepemilikan di PT KS-Posco mencapai 45 persen.
PINGIT ARIA