TEMPO.CO, Jakarta - PT Dharma Satya Nusantara menganggarkan belanja modal sebesar US$270 juta hingga tiga tahun ke depan. Belanja modal itu digunakan untuk pembangunan dua pabrik kelapa sawit baru di Kalimantan dan penanaman tanaman baru.
“Nanti kami realisasikan US$ 90 juta per tahunnya,” ujar Direktur Utama Dharma Satya Djojo Boentoro dalam paparan publik dalam rangka penawaran umum perdana saham, Rabu 8 Mei 2013.
Dua pabrik kelapa sawit baru itu akan memiliki kapasitas masing-masing 60 ton per jam. Pabrik baru ini diperkirakan selesai dibangun dalam waktu 18 bulan. Untuk nilai investasi untuk satu pabrik yakni sekitar Rp 180 miliar. “Pabrik pertama sudah mulai dibangun pada kuartal II ini dan pabrik kedua mulai kuartal IV atau kuartal I tahun depan,“ ujarnya.
Atas rencana tersebut, Dharma Satya mencari dana melalui penawaran umum saham perdana (IPO) yang akan dilakukan pada Juni mendatang. Sebanyak 500 juta lembar saham atau 21,32 persen akan dilepas dengan harga penawaran di kisaran Rp 1.780 - Rp 2.150.
Rincian penggunaan dananya yakni, 50 Persen untuk pengembangan di kelapa sawit, 30 persen untuk pengembalian sebagian pinjaman investasi, 10 persen untuk relokasi pabrik pengolahan kayu dan sisanya untuk modal kerja.
Saat ini, perseroan memiliki lima pabrik kelapa sawit dengan volume produksi CPO sebesar 330 ton per jam. Dengan tambahan pabrik baru volume produksi akan bertambah menjadi 450 ton per jam.
Sedangkan untuk lini usaha lainnya yakni pengolahan kayu, perseroan berencana untuk melakukan relokasi pabrik pengolahan kayu dari Gresik dan Surabaya menuju Lumajang, Jawa Timur. Produksi pemrosesan kayu hingga akhir 2012 lalu sebanyak lebih dari 800 ribu log.
Untuk tahun lalu, perseroan mencatat penjualan bersih sebesar Rp 3,41 triliun atau naik dari sebelumnya Rp 2,7 triliun. Kontribusi penjualan 58,5 persen atau Rp 1,99 triliun dari sektor kelapa sawit dan sisanya 41,5 persen atau Rp 1,41 triliun dari hasil produk kayu.
Sementara untuk laba, perseroan mencatat penurunan laba sebelum pajak menjadi Rp 345 miliar dari sebelumnya Rp 507,9 miliar. Penurunan itu disebabkan oleh turunnya harga jual CPO rata-rata pada tahun lalu. Sehingga laba sebelum pajak dari sektor kelapa sawit ikut turun dari Rp 546,8 miliar di 2011 menjadi Rp 416,4 miliar di 2012.
RIRIN AGUSTIA