TEMPO.CO, Jakarta - Pemerintah berambisi untuk bisa kembali mengekspor unggas khususnya ayam dalam beberapa tahun mendatang. Direktur Jenderal Peternakan dan Kesehatan Hewan Kementerian Pertanian Syukur Iwantoro. mengatakan, produksi ayam nasional sangat melimpah sehingga berpotensi untuk ekspor.
Syukur menjelaskan, Indonesia pernah menjadi eksportir ayam sebelum tahun 1980-an. Namun, pada rentang itu Indonesia diserang wabah flu burung (avian influenza/AI). Akibatnya, sejak tahun 1980, negara-negara lain menutup pintu impor ayam dari Indonesia karena takut tertular wabah AI.
"Karena itulah kami sedang berupaya keras meyakinkan masyarakat internasional bahwa tidak semua wilayah di Indonesia terancam virus flu burung," kata Syukur dalam ramah-tamah dengan forum wartawan pertanian, di kantor Kementerian Pertanian, Jakarta, Kamis 2 Mei 2013.
Menurut Syukur, pemerintah akan meyakinkan negara lain bahwa beberapa wilayah di Indonesia benar-benar terbebas dari virus AI, seperti Provinsi Maluku Utara dan Gorontalo. Pemerintah juga tengah mendorong beberapa wilayah lain bisa terbebas dari flu burung seperti di Kalimantan Barat.
Pemerintah, lanjutnya, sangat ingin mendorong ekspor ayam dalam bentuk daging ayam beku. Pasar ekspor ayam beku yang diincar pemerintah diantaranya Singapura, Jepang, Hongkong, Brunei Darussalam, dan negara-negara Timur Tengah.
Sebagai tahap awal, pemerintah akan menjadikan Kepulauan Riau sebagai wilayah yang terbebas dari flu burung. Alasan lain dipilih Kepulauan Riau ini, kata Syukur, Singapura telah menginvestasikan alat laboratorium unggas sejak tiga tahun terakhir. "Ini bisa menjadi cara untuk meyakinkan bahwa Kepulauan Riau bisa menjadi pintu gerbang ekspor unggas ke Singapura," katanya.
Syukur menambahkan, pembukaan pasar ekspor ini akan memiliki efek berganda. Selain menambah devisa negara, ekspor ayam juga bisa menstabilkan harga di tingkat peternak karena terjadi keseimbangan pasokan dan kebutuhan. "Salah satu upaya meyakinkan negara lain adalah kami membiarkan mereka melakukan audit sendiri di Indonesia, lalu kami juga terus lakukan surveillance dan biosecurity," ujarnya.
Berdasarkan data Badan Pusat Statistik, produksi daging nasional pada 2012 sebesar 2,7 juta ton. Jumlah ini terdiri dari daging unggas (ayam dan itik) 1.818.000 ton (67 persen), daging sapi 505.000 ton (18 persen), daging babi 235.000 ton (8 persen), daging kambing dan domba 115.500 ton (4 persen), daging kerbau 35.000 ton (1 persen), dan daging lainnya 54.000 ton (2 persen).
ROSALINA