TEMPO.CO, Jakarta - Pertumbuhan kredit mikro Bank Rakyat Indonesia melambat hanya 22,3 persen pada kuartal pertama tahun ini. Pertumbuhan tersebut lebih rendah ketimbang pertumbuhan kredit seluruhnya yang mencapai 27,6 persen.
Direktur Bisnis Usaha Mikro Kecil dan Menengah BRI, Djarot Kusumayakti, mengatakan penurunan kredit mikro wajar pada waktu tertentu, misalnya, hari raya Natal, tahun baru dan musim panen. "Drop cukup lumayan pada Januari lalu," katanya dalam Paparan Kinerja BRI, Rabu, 24 April 2013.
Penyaluran kredit mikro pada Februari - Maret mencapai di atas Rp 2 triliun. Lalu naik menjadi Rp 2,7 triliun pada pertengahan April. Djarot berharap penyaluran mencapai Rp 3 triliun sampai akhir April ini. "Jika sustain, minimal (pertumbuhan) akan sama dengan kredit BRI lainnya."
Porsi kredit mikro mencapai 31,07 persen dari total kredit pada kuartal pertama tahun ini. Porsi ini turun dari periode yang sama tahun sebelumnya yakni 32,42 persen. Adapun porsi kredit menengah turun tipis dari 4,69 persen menjadi 4,58 persen.
Porsi kredit korporasi naik dari 8,61 persen menjadi 10,88 persen. Adapun porsi kredit untuk BUMN tercatat naik dari 12,76 persen menjadi 16,02 persen. Sementara itu, porsi kredit ritel turun dari 41,52 persen menjadi 37,45 persen.
Djarot menegaskan BRI tetap Bank UMKM. Dalam rencana bisnisnya, BRI menargetkan menjaga porsi portofolio kredit mikro 32-34 persen dari total portofolio kreditnya. Ia memberi catatan, jumlah debitur mikro BRI sudah mencapai 5,7 juta orang dengan rasio kredit bermasalah netto 0,51 persen.
Direktur Utama BRI, Sofyan Basir, mengatakan penambahan kantor cabang dan teras BRI hingga ke pelosok akan meningkatkan kredit mikro. "Mesin kami belum kerja 100 persen," katanya.
Sepanjang kuartal pertama 2013, BRI membukukan kenaikan laba bersih Rp 5,01 triliun atau meningkat 18,76 persen dibanding periode yang sama tahun sebelumnya yakni Rp 4,22 triliun. Aset tumbuh 19,8 persen dari Rp 427 triliun menjadi Rp 511,98 triliun. "Target laba (tahun ini) 15 persen, kredit 18-22 persen," ucapnya.
Kredit tumbuh 27,6 persen dari Rp 283,14 triliun menjadi Rp 361,26 persen. Dana pihak ketiga naik 19,6 persen dari Rp 336,96 triliun menjadi Rp 403,09 persen. Adapun rasio kredit terhadap dana pihak ketiga (Loan to Deposit Ratio/LDR) naik dari 84,03 persen menjadi 89,62 persen dan rasio kredit bermasalah (Non Performing Loan/NPL) gross dari 2,73 persen menjadi 1,97 persen.
MARTHA THERTINA