TEMPO.CO, Jakarta - Wakil Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral Susilo Siswoutomo mengatakan, opsi pemerintah sudah semakin mengerucut ke arah penerapan dua harga bahan bakar minyak bersubsidi. Susilo mengatakan, akhir pekan ini, diharapkan persiapan teknis di lapangan untuk penerapan dua harga sudah selesai.
"Tanggal 26 April itu semua persiapan teknis dan regulasi sudah selesai. Sekarang persiapan sudah 90 persen sampai 95 persen. Regulasi sudah kami siapkan, tinggal tanda tangan," kata Susilo seusai diskusi publik "Arah dan Kebijakan Pengembangan Industri Gas Indonesia" di Jakarta, Selasa, 23 April 2013.
Susilo mengatakan, Presiden meminta pengumuman terkait pelaksanaan kebijakan ini dilakukan setelah persiapan teknis selesai. Sebelumnya, Presiden Susilo Bambang Yudhoyono dan Menteri Koordinator Perekonomian Hatta Rajasa mengatakan, pengurangan subsidi BBM untuk kendaraan pribadi rencananya dilakukan mulai Mei 2013
"Presiden memikirkan sampai semua logistik siap. Cadangan solarnya berapa, cadangan Premium, tanda di SPBU sudah siap untuk membedakan mana yang jual Rp 4.500 dan mana yang untuk kendaraan pribadi," kata Susilo.
Namun Susilo belum mau mengungkapkan kapan keputusan ini diumumkan secara resmi. "Belum diputuskan. Kalau bulan depan bagus. Bisa awal Mei, pertengahan Mei. Kami harapkan lebih awal," kata Susilo.
Pertamina akan memisahkan SPBU penjual BBM bersubsidi untuk mobil pribadi dan SPBU penjual BBM bersubsidi untuk angkutan umum dan sepeda motor. Pemerintah berencana mengurangi subsidi untuk mobil pelat hitam dengan menaikkan harga BBM bersubsidi untuk mobil pribadi dari Rp 4.500 per liter menjadi Rp 6.500 per liter sampai Rp 7.000 per liter. Sedangkan angkutan umum dan sepeda motor masih mendapat BBM bersubsidi dengan harga Rp 4.500 per liter.
BERNADETTE CHRISTINA
Topik Terhangat:
Ujian Nasional | Bom Boston | Lion Air Jatuh | Preman Yogya | Prahara Demokrat
Berita Terpopuler:
Hari Bumi 2013: Pergantian Musim Google Doodle
Tersangka Bom Boston Ngetwit Setelah Ledakan
Menteri Keuangan Diberhentikan Saat Bertugas di AS
Erik Meijer Dinilai Tidak Pantas Jadi Direksi Garuda
Bom Boston Marathon Versi Pelajar Indonesia di AS