TEMPO.CO, Jakarta - PT PLN (Persero) dan konsorsium yang menggarap Pembangkit Listrik Tenaga Panas Bumi Sarulla, Sarulla Operation Limited, meneken amandemen kedua kontrak kerja sama (joint operating contract/JOC) dan kontrak jual-beli listrik (energy sales contract/ESC). Dengan penandatanganan ini, proyek PLTP Sarulla, yang direncanakan berkapasitas 3 x 110 megawatt, bisa segera dimulai pada 2014.
Chief Operating Officer Medco Energi Budi Basuki mengatakan, saat ini, konsorsium tengah menyiapkan tender rekayasa, pengadaan, dan konstruksi (engineering, procurement, and construction/EPC). Proses ini dilakukan paralel dengan penyelesaian sejumlah perizinan dan penyelesaian pendanaan (financial close).
"Targetnya, financial close selesai 12 bulan sejak sekarang dan konstruksi juga bisa dimulai setelah financial close selesai," kata Budi ketika ditemui seusai penandatanganan di Kantor Pusat PLN, Jakarta, Kamis, 4 April 2013.
Setelah konstruksi dimulai pada 2014, penyelesaian PLTP akan berlangsung bertahap. PLTP unit 1 akan selesai pada 2016, disusul unit 2 pada 2017, dan selesai seluruhnya pada 2018.
Direktur Pengembangan Bisnis Medco Energy Power Noor Wahyu Hidayat mengatakan setelah ini pihak Medco akan melakukan uji coba atas sumur yang sudah ada. "Data sementara, dari 13 sumur ini ada 2-3 sumur produksi dengan perkiraan kemampuan produksi 40 megawatt. Tetapi karena sumur ini tidak digarap selama hampir 15 tahun, perlu dilakukan pengujian. Target kami testing-nya bisa pada semester pertama ini," kata dia ketika ditemui di tempat yang sama.
Budi mengatakan proyek PLTP Sarulla, yang semula diperkirakan akan menelan investasi US$ 1,2 miliar, kini membengkak menjadi sekitar US$ 1,4 miliar. Pembengkakan ini karena proses renegosiasi amandemen JOC dan ESDM yang memakan waktu lama, sejak 2008.
Sebagian besar pendanaan proyek ini berasal dari pinjaman perbankan dengan masa pinjaman 20 tahun. Japan Bank for International Cooperation (JBIC) memberi pinjaman sekitar US$ 500-600 juta, Asian Development Bank (ADB) sekitar US$ 200 juta dan perbankan komersial dari Jepang dan Eropa sekitar US$ 400 juta. Pinjaman ini menggunakan jaminan berupa aset proyek PLTP. "Ini proyek geotermal pertama yang pakai pendanaan bank. Kalau ini berhasil bisa jadi contoh. Memang tidak bisa mengandalkan pendanaan lokal," kata Budi.
BERNADETTE CHRISTINA