TEMPO.CO, Jakarta - Kementerian Perdagangan mengusulkan penentuan kuota impor daging sapi melalui mekanisme lelang terbuka. Tujuannya adalah agar lebih transparan. Cara ini juga dinilai menjamin kualitas dan harga daging yang lebih murah.
"Kalau lelang biasa, (penawar dengan) harga tinggi yang dapat. Sekarang kami ubah yang terendah yang dapat," kata Direktur Jenderal Perdagangan Luar Negeri, Bachrul Chairi, di kantornya, Rabu, 27 Februari 2013.
Bachrul menjelaskan, harga terendah adalah harga yang sanggup diberikan importir pada distributor dalam negeri. Sedangkan harga pembelian yang harus dibayarkan oleh importir ke produsen tetap diserahkan pada pasar luar negeri.
Saat ini selisih harga daging sapi dalam negeri dengan negara-negara lain masih tinggi. Jika di dalam negeri harga daging sapi masih berkisar antara Rp 90-100 ribu per kilogram, di negara-negara produsen seperti Australia dan Selandia Baru hanya sekitar Rp 40 ribu (US$ 4,5). "Maka keuntungan yang diperoleh importir masih cukup tinggi kalaupun diterapkan sistem lelang," kata Bachrul.
Syarat peserta lelang, Bachrul menambahkan, harus memiliki izin importir terdaftar dan mengantongi rekomendasi Kementerian Pertanian. Setelah itu, importir dapat melalukan bidding harga jual sesuai kuota yang ditetapkan di bursa. Terakhir, importir harus membawa hasil lelangnya itu kembali ke Kementerian Perdagangan untuk diverifikasi dan mendapat persetujuan impor.
Selain dinilai lebih transparan, menurut Bachrul, mekanisme lelang juga akan memudahkan para importir. Sebab, semuanya dilakukan tanpa perlu tatap muka. "Mekanismenya secara elektronik dan komputerisasi," ujarnya. Bila disetujui, mekanisme ini dapat diterapkan tahun ini jika ada tambahan kuota impor. Kuota 32 ribu ton tahun ini telah habis dibagi pada sekitar 67 importir.
PINGIT ARIA
Berita Bisnis Terpopuler:
Kurator Diminta Cermati Harta Pailit Batavia Air
Pemerintah Ingin Perbaiki Semua Jalan pada 2014
Asosiasi Ponsel Dukung Pabrik Samsung
Induk Pizza Hut Rambah Bisnis Restoran Jepang
Bergerak Tenang, Rupiah Hanya Melemah Tipis 1 Poin
Pameran di Swiss, Produk Indonesia Laris Manis