TEMPO.CO, Jakarta - Kementerian Perdagangan saat ini sedang melakukan survei untuk mengetahui data kebutuhan daging sapi nasional. "Belum selesai," kata Wakil Menteri Perdagangan Bayu Krisnamurthi melalui pesan singkat, Rabu 13 Februari 2013.
Bayu berharap, survei ini akan selesai pada Maret mendatang. "Mudah-mudahan," katanya.
Menurut Bayu, survei yang dikerjakannya itu akan mempertajam data kebutuhan konsumsi daging nasional menurut jenisnya. Hal itu penting untuk diketahui untuk mencocokkannya dengan penyediaan daging. "Ini semua harus match," ujarnya.
Saat ini, pola dan pertumbuhan permintaan per jenis daging berbeda. Selain itu, kelompok konsumen yang meminta tiap jenis daging pun berbeda. Restoran iga misalnya, tidak bisa menggunakan daging steak, begitu juga restoran steak tidak bisa dipasok dengan daging tetelan rawon.
Selain itu, jenis daging yang diminta di pasar tradisional misalnya berbeda dengan jenis daging yang diminta di supermarket. Begitu juga jenis daging yang diminta pedagang bakso dan pengusaha hotel tentunya berbeda.
Diversifikasi seperti ini, menurut Bayu telah lazim dilakukan di negara-negara lain di dunia. Australia sebagai eksportir sapi misalnya, memisahkan daging sapi yang diproduksinya menjadi 153 jenis.
Sementara Kementerian Perdagangan sedang mengerjakan survei kebutuhan daging, Kementerian Pertanian bertanggung jawab atas ketersediaan pasokannya. Saat ini, data yang dikeluarkan oleh Direktorat Jenderal Peternakan dan Kesehatan Hewan Kementerian Pertanian menurut survei yang dilakukan bersama dengan Badan Pusat Statistik pada 2011 menyebut jumlah sapi yang tersedia sebanyak 14,8 juta ekor.
Sebelumnya, dalam kunjungan ke Pasar Klender, Jakarta Timur pagi tadi, Menteri Perekonomian Hatta Rajasa meminta agar kementerian terkait menyediakan data yang akurat mengenai kebutuhan dan suplai daging sapi nasional. Dengan cara ini, menurut dia dapat meminimalisir spekulasi harga daging.
PINGIT ARIA