TEMPO.CO, Jakarta - Bank Indonesia mengumumkan pertumbuhan kredit konsumsi hingga November 2012 sebesar 12,1 persen. Pertumbuhan tersebut jauh melemah bila dibandingkan dengan pertumbuhan kredit konsumsi pada 2011 yang mencapai 24,1 persen.
"Setiap jenis kredit konsumsi itu sebab penurunannya berbeda, tapi ada satu faktor yang memang jelas, karena pengaruh Loan To Value (aturan uang muka), kelihatannya kebijakan itu memang cukup berpengaruh dalam menurunkan ekspansi kredit konsumsi," kata Deputi Gubernur BI, Halim Alamsyah dalam Konferensi Pers terkait Hasil Rapat Dewan Gubernur bulanan di Bank Indonesia, Kamis, 10 Januari 2013.
Halim menjelaskan, kredit pemilikan rumah (KPR) per November 2012 mencapai Rp 236,1 triliun atau tumbuh 23,1 persen. Adapun KPR tipe 70 ke bawah - tipe yang tak kena aturan uang muka 30 persen - pertumbuhan tak terpengaruh. Adapun tipe 70 ke atas tumbuh tinggi 38,5 persen namun tercatat mulai melambat Oktober dimana pertumbuhannya masih sekitar 39 persen.
Khusus untuk kredit kendaraan bermotor (KKB), kata Halim, perlambatan bukan hanya karena aturan uang muka. "Survei dan pembicaraan dengan asosiasi, pasarnya mulai jenuh," ujarnya. Adapun di luar Jawa, perlemahan KKB terjadi karena pendapatan yang menurun akibat hasil ekspor yang tidak begitu baik.
Tahun depan, Halim menilai KKB akan kembali naik seiring dengan membaiknya pendapatan di wilayah-wilayah sentra penghasil barang-barang ekspor. "Kelihatannya pendapatan akan naik dan KKB akan tumbuh kembali," ujarnya.
BI melansir, pertumbuhan kredit rata-rata pada 2012 mencapai 22,3 persen per November 2012. Hingga akhir tahun, pertumbuhannya diperkirakan mencapai 23 persen. Pertumbuhan kredit disokong oleh kredit investasi sebesar 29,8 persen, kredit modal kerja 26,1 persen, dan kredit konsumsi 12,1 persen.
Sebelumnya, pada 2011 kredit tumbuh rata-rata 24,5 persen, di mana kredit investasi tumbuh sebesar 33,2 persen, kredit modal kerja tumbuh sebesar 21,4 persen, dan kredit konsumsi tumbuh sebesar 24,1 persen.
Tahun ini, Halim memaparkan, perbankan menargetkan rata-rata pertumbuhan kredit di level 23,1 persen, dengan komposisi kredit rupiah 23,8 persen dan kredit valas 19 persen.
MARTHA THERTINA