TEMPO.CO, Jakarta - Gabungan Pengusaha Kelapa Sawit Indonesia (Gapki) khawatir pasar ekspor minyak sawit mentah (Crude Palm Oil/CPO) ke India dan Pakistan direbut oleh Malaysia, yang merupakan produsen CPO terbesar kedua setelah Indonesia. Sebab, pajak ekspor Malaysia mulai Januari turun dari 23 persen menjadi rata-rata 4,5-8 persen, sedangkan Indonesia masih memberlakukan pajak ekspor 7,5 persen hingga 22,5 persen.
Sekretaris Jenderal Gapki Joko Supriyono mengatakan, pada 2013 pemerintah harus mewaspadai langkah Malaysia yang memberlakukan penurunan pajak eskpor mulai Januari ini. "Pemerintah harus antisipasi pemberlakuan pajak ekspor di Malaysia. Kalau pemerintah tidak adjustmen pajak ekspor kita, daya saing ekspor CPO kita akan kalah dengan Malaysia," kata Joko Supriyono dalam konferensi pers Refleksi Industri Kelapa Sawit 2012 dan Prospek 2013, di kantor Gapki, Jakarta, Selasa, 8 Januari 2013.
Menurut Joko, industri CPO khawatir pasar ekspor ke India yang selama ini dikuasai Indonesia akan direbut Malaysia. Padahal, kata dia, ekspor CPO ke India rata-rata 5-5,5 juta ton setiap tahunnya. Sedangkan pasar ke Pakistan sudah lebih dulu terambil oleh Malaysia karena kesepakatan Preferential Trade Agreement (PTA) kedua negara yang membuat ekspor Indonesia ke Pakistan anjlok dari 1,2 juta ton menjadi 160 ribu ton. Namun, kini Indonesia juga sudah menjalin PTA dengan Pakistan sehingga volume ekspor 2012 naik menjadi 600 ribu ton dan diharapkan bisa naik menjadi 1 juta ton tahun ini.
Ketua Bidang Pemasaran Gapki Susanto menambahkan, seharusnya pemerintah sigap mengantisipasi penurunan pajak eskpor Malaysia. Harga referensi untuk pengiriman Januari sebesar US$ 774 per ton sehingga pajak ekspor ditetapkan 7,5 persenn.
Pemerintah diminta menurunkan pajak ekspor menjadi 5 persen agar bisa bersaing dengan Malaysia. "Kalau perlu ketika stok CPO masih banyak dan harga terus turun pajak ekspor diturunkan menjadi nol persen," ujarnya.
Meski pajak ekspor untuk pengiriman Januari sudah berada di level 7,5 persen namun Susanto tak yakin volume ekspor akan naik. Volume ekspor sepanjang Januari ini tidak akan melebihi angka 1,5 juta ton. Stagnansi volume ekspor akan terus terjadi hingga Maret mendatang jika pemerintah tak juga memperbaiki kebijakan dalam negeri. "Angka ekspor tidak akan jauh dari 1,3 sampai 1,5 juta ton. Karena stok dalam negeri kita tetap akan tinggi dan menekan harga," kata dia.
Stok CPO dalam negeri dikhawatirkan tetap tinggi dan membuat harga kembali anjlok. Pada tahun ini, Gapki memprediksi produksi CPO 28 juta ton atau naik dari 2012 yang mencapai 26,5 juta ton.
ROSALINA