TEMPO.CO, Jakarta - Kementerian Perdagangan pesimistis terhadap kinerja ekspor Indonesia tahun ini. Alih-alih mematok target pertumbuhan, Kementerian memproyeksikan nilai ekspor tahun ini sebesar US$ 190 miliar, atau sama dengan pencapaian tahun lalu.
Menteri Perdagangan Gita Wirjawan mengatakan kondisi global yang tak kunjung memperlihatkan pemulihan, khususnya di Eropa dan Amerika Serikat, membuat Indonesia akan sulit menggenjot ekspor.
"Tahun ini kalau bisa mencapai angka yang sama seperti di 2012 sudah bagus. Karena saya melihat kondisi makro, maka harus realistis," kata Gita dalam konferensi pers, di kantornya, Jumat, 4 Januari 2013.
Gita mengatakan, meskipun Amerika Serikat telah menyetujui kesepakatan untuk mengatasi jurang fiskal atau fiscal cliff, tidak berarti perekonomian negara tersebut bisa segera pulih dalam dua belas bulan mendatang. Kebijakan pemerintahan Presiden Barack Obama itu juga belum tentu menurunkan jurang rasio utang dengan produk domestik bruto Negeri Abang Sam.
"Saya masih melihat secara struktural, jurang fiskal di Amerika Serikat masih akan berkelanjutan. Akan makan waktu satu sampai dua dekade untuk menurunkan itu ke level yang lebih sehat," katanya.
Total ekspor periode Januari-November 2012 tercatat sebesar US$ 174,8 miliar dan diperkirakan dapat mencapai US$ 190 miliar pada akhir tahun lalu. Sedangkan neraca perdagangan Indonesia pada Januari hingga November 2012 mengalami defisit sebesar US$ 1,3 miliar, yang disebabkan meningkatnya defisit perdagangan migas yang mencapai US$ 4,8 miliar.
Menurut Gita, memburuknya neraca perdagangan ini tidak hanya dialami Indonesia, melainkan juga negara lain seperti Jepang yang defisit 166,8 persen dan Hong Kong yang defisit 12,4 persen.
Defisitnya neraca perdagangan, kata Gita, juga akibat terlalu dominannya sektor komoditas seperti crude palm oil (CPO), karet, bauksit, timah, dan nikel pada komposisi ekspor Indonesia. Padahal, harga komoditas di pasar internasional sedang merosot tajam setahun terakhir dan tidak akan meningkat dalam beberapa bulan ke depan.
"Hampir 65 persen ekspor kita komoditas. Ekspor komoditas kita juga banyak ke negara-negara Asia yang tergantung pada kondisi ekonomi Amerika Serikat dan Eropa," katanya.
ROSALINA