TEMPO.CO, Petaling Jaya – Kuala Lumpur Kepong Bhd (KLK), perusahaan perkebunan raksasa asal Malaysia, memproyeksikan investasi senilai 1,3 miliar ringgit Malaysia atau sekitar Rp 4 triliun untuk pengembangan bisnis oleokimia dan perkebunan kelapa sawit di Indonesia. “Investasi ini untuk menjaga keberlanjutan dan pertumbuhan jangka panjang perusahaan,” kata pemimpin KLK, Raja Muhammad Alias, seperti dikutip The Star, Selasa, 2 Januari 2013.
Saat ini KLK sedang membangun dua pabrik di Kalimantan Tengah dan di timur Indonesia. Sedangkan dua pabrik di Sumatera dan satu pabrik di Belitung diharapkan mulai berproduksi tahun ini. Meski ekonomi global belum stabil, dia yakin performa grup akan tetap baik sepanjang tahun 2013. Sebab, pemerintah Malaysia telah menurunkan bea keluar yang akan mengurangi tekanan penumpukan barang. “Kami percaya minyak sawit sebagai bahan makanan akan bertahan dalam keadaan sulit,” katanya.
Raja optimistis bisa mendongkrak pertumbuhan hingga dua digit untuk produksi tandan buah segar (TBS) dan perbaikan kualitas ekstraksi minyak. KLK, kata dia, akan berfokus untuk meningkatkan nilai tambah, seperti, “Menangkap metana untuk energi dan meningkatkan kualitas produksi dengan menggunakan heksana dan pelarut lain, juga akan dilanjutkan.”
Direktur Utama KLK Tan Sri Lee Oi Hian mengatakan akan melanjutkan serangkaian proyek ekspansi kapasitas hasil produksi sawit, seperti fatty acids, fatty alcohol, dan fatty ester, yang sudah dimulai sejak 2012. "Tantangannya adalah memastikan produksi komersial tepat waktu dan mempercepat realisasi penjualan," katanya. Produksi fatty acids diperkirakan akan mencapai 165 ribu ton dari KLK Dumai dan 100 ribu ton dari KLK Emmerich Jerman.
Sedangkan produksi fatty alcohol akan ditingkatkan. “Termasuk tambahan 80 ribu ton dari KLK Oleomas,” katanya. Tan mengatakan, saat ini terjadi kelebihan kapasitas untuk pasar fatty acids mencapai 40 persen dan fatty alcohol hingga 30 persen. “Kami menyadari bahwa ini menempatkan lebih banyak tekanan ke pasar kapasitas sudah terbangun. Tapi kondisi ini menawarkan kesempatan lebih besar dalam perencanaan untuk memenuhi standar pelanggan,” katanya.
Baca Juga:
Menurut dia, perseroan akan mendorong efisiensi biaya dan memberikan nilai tambah. “Di Cina, kami akan melanjutkan strategi menambah volume. Pada saat yang sama, fokus pada peningkatan efisiensi operasional sambil mengembangkan secara langsung,” katanya.
AMANDRA MUSTIKA MEGARANI