TEMPO.CO, Banyuwangi - Ketua Asosiasi Perkebunan Tebu Rakyat Indonesia Arum Sabil mengatakan bila Indonesia ingin melakukan swasembada gula nasional, maka lahan tebu harus diperluas hingga 750 ribu hektare. Selain itu, protas atau produksi per hektare mencapai 100 ton dan rendemen minimal 10 persen.
Indonesia saat ini baru memiliki lahan tebu seluas 451 ribu hektare dan rendemen rata-rata nasional 8 persen. "Tapi kalau bersungguh-sungguh bisa melakukan perluasan lahan dalam lima tahun," kata Arum di Banyuwangi, 12 Desember 2012.
Langkah lain adalah pemerintah harus melakukan efisiensi dan revitalisasi pabrik gula agar terjadi peningkatan rendemen. Langkah penegakan hukum harus dilakukan untuk mengantisipasi beredarnya gula-gula impor ilegal.
Menurut Arum Sabil, dari 4,7 juta ton kebutuhan gula di Indonesia, sebanyak 2,1 ribu ton di antaranya masih bergantung dari impor. Gula nasional yang dihasilkan dari 62 pabrik gula hanya mampu memasok 2,6 juta ton setahun.
Arum Sabil menyepakati langkah Kementerian BUMN yang mendirikan pabrik gula baru di Glenmore, Banyuwangi. Upaya ini sebagai salah satu bagian untuk memperluas lahan tebu.
Akan tetapi, Arum mengatakan, PG Glenmore nantinya harus mampu menghasilkan rendemen minimal 9 persen. "Bila di bawah 9 persen, maka pabrik gula akan susah berkembang," kata dia.
Kementerian BUMN hari ini memulai pendirian pabrik gula di Perkebunan Kalirejo, Kecamatan Glenmore, Banyuwangi. Pabrik gula tersebut berdiri di lahan seluas 3.140 hektare dengan luas lahan tebu 6.000 hektare.
PG Glenmore dikelola oleh PT Industri Gula Glenmore yang merupakan hasil konsorsium PTPN III, PTPN XI, dan PTPN XII. PG Glenmore direncanakan menjadi pabrik gula terbesar di Indonesia dengan produksi hingga 54 ribu ton setahun.
Direktur PTPN XII, Irwan Bakri, menjamin rendemen yang dihasilkan minimal 9 persen. Sebab PTPN telah menggandeng Pusat Penelitian Gula Indonesia dalam hal pemilihan varietas tebu dan penyediaan bibit unggul.
IKA NINGTYAS