TEMPO.CO, Jakarta - Komite Ekonomi Nasional memprediksi laju inflasi pada tahun depan akan berada pada kisaran 4,3-4,9 persen dengan nilai tengah 4,6 persen. Laju inflasi yang cenderung stabil ini didorong oleh harga komoditas yang cenderung stagnan dan harga minyak dunia yang tak akan meningkat tajam pada 2013.
"Tahun 2013 tampaknya tekanan ke atas untuk harga pangan dan minyak dunia relatif terbatas," kata Ketua Komite Ekonomi Nasional, Chairul Tanjung, dalam Economy Outlook 2013, Senin, 10 Desember 2012.
Hal ini disebabkan oleh prospek pertumbuhan ekonomi global di tahun 2013 yang tidak terlalu cerah. "Resesi di Eropa, relatif lesunya perekonomian di Amerika Serikat, dan masih lambatnya pertumbuhan ekonomi di Cina. Padahal, negara-negara tersebut merupakan konsumen besar minyak dunia.”
Adapun akibat resesi dan perlambatan ekonomi global, KEN memprediksi permintaan komoditas dunia tidak akan tumbuh terlalu tinggi sehingga harga komoditas, termasuk harga minyak mentah dunia, relatif stabil. "Harga minyak dunia, misalnya, diperkirakan tidak akan berfluktuasi tajam di tahun 2013," katanya.
Badan Energi Amerika Serikat atau Energy Information Administration (EIA) memproyeksikan harga minyak akan bergerak pada kisaran US$ 92-93 per barel. "Dengan pergerakan yang tidak terlalu tajam, ada peluang harga BBM bersubsidi di dalam negeri tidak akan dinaikkan," ujarnya.
Rendahnya kemungkinan kenaikan harga minyak dunia dan komoditas dunia, menurut Chairul, juga membawa dampak yang baik bagi perekonomian Indonesia. Kenaikan harga bahan makanan pokok, kata dia, akan lebih banyak dipengaruhi oleh faktor musiman dalam negeri. "Namun, sudah terlihat peran pemerintah untuk mengendalikan inflasi musiman, seperti meningkatkan peran Bulog," ujarnya.
Tahun 2013 mendatang, KEN memprediksi pertumbuhan ekonomi Indonesia akan berada pada kisaran 6,1-6,6 persen. Angka pertumbuhan tersebut, menurut Chairul, masih akan ditopang oleh konsumsi domestik dan investasi. Kontribusi belanja rumah tangga terhadap ekonomi diperkirakan sebesar 2,6-2,9 persen, sedangkan investasi menyumbang 2,7-2,9 persen dan ekspor hanya 0,0-0,2 persen.
AYU PRIMA SANDI
Berita terpopuler lainnya:
Andi Mallarangeng Terkenal Kikir
Bupati Aceng Nikahi Shinta, Pestanya Meriah
Gaya Mewah Djoko Susilo, Nunun, dan Miranda
Kemenangan Zaki Ubah Peta Politik Keluarga Atut
Mubarok Akui Partai Demokrat Semrawut