TEMPO.CO, Semarang - Nilai ekspor dari sektor kelautan nasional dinilai masih lemah dan kalah dibandingkan dengan sejumlah negara di Asia Tenggara, yang mampu menjual hasil lautnya hingga US$ 8 juta. Ini menjadi tantangan bagi industri maritim nasional yang baru mampu menghasilkan nilai ekspor US$ 4,5 miliar.
“Sebenarnya ekspor sektor kelautan nasional naik signifikan, tapi masih kalah dari negara tetangga,” ujar Menteri Kelautan dan Perikanan Sharif C. Sutardjo, usai membuka Konferensi Internasional Akuakultur Indonesia 2012 di Kota Semarang, Jumat siang tadi, 23 November 2012.
Berdasarkan catatannya, Thailand mampu menjual hampir US$ 8 miliar, sedangkan Vietnam sudah lebih dari US$ 5 miliar. Menurut Sharif, kondisi ini dipengaruhi oleh populasi ikan tangkap di dunia yang hampir stagnan. Populasi ikan nasional saat ini berkisar antara 6 hingga 6,5 juta ton per tahun. “Itu pun hanya mampu menangkap hingga 85 persen,” ujar Sharif menambahkan.
Untuk meningkatkan nilai ekspor kelautan dan pemenuhan pangan ini, Kementerian Kelautan sedang mengupayakan budi daya di wilayah pesisir. Wilayah ini diyakini punya potensi dengan beragam metode yang ada. Sharif tak memungkiri, upaya budi daya pesisir ini belajar dari negara lain seperti Cina yang mampu memproduksi hasil laut hingga 40 juta ton.
Sedangkan langkah yang dilakukan saat ini telah merevitalisasi seluruh tambak di kawasan pantai utara Jawa untuk udang, bandeng, patin, dan rumput laut. Sekitar 130 ribu hektare kawasan perikanan itu terdapat di Jawa Barat , Banten, Jawa Tengah, dan Jawa Timur. “Pekan ini tebar benih di Subang merupakan launching perdana. Diharapkan mampu memproduksi 40 ton per tahun,” ujar Sharif.
Baca Juga:
Dari uji coba perdana ini kementerian telah menetapkan 20 ribu hektare lahan dengan teknologi semi-intensif dan tradisional. Sementara itu, 1.000 hektare di antaranya berteknologi modern untuk memenuhi kehigienisan hasil produksi.
Mantan Menteri Kelautan dan Perikanan, Rokhmin Dahuri, yang ikut dalam pertemuan Konferensi Internasional Akuakultur Indonesia menilai investasi di sektor budi daya ikan punya potensi besar. Meski begitu, menurut Rokhmin, investasi di sektor ini belum mendapat kepercayaan dari perbankan. “Perbankan masih ragu,” ujarnya.
Rokhmin berharap pemerintah ikut membantu meyakinkan perbankan untuk mengucurkan permodalan bagi sektor budi daya ikan. Apalagi, sejumlah bukti di lapangan menunjukkan produksi ikan nasional sangat diminati asing. “Bukan hanya itu, pelaku usaha ini juga harus mampu memberi pembuktian,” katanya.
Ia mengatakan sejumlah komoditas ikan budi daya pesisir yang permintaannya tinggi meliputi ikan kerapu dan rumput laut yang saat ini berkembang pesat. Sejumlah komoditas ini bisa dikembangkan dalam berbagai industri berbasis teknologi tinggi.
EDI FAISOL
Berita terpopuler lainnya:
Henidar Amroe Jadi Produser?
Max Sopacua Diminta Dipanggil Paksa
Takut Dosa, Deddy Mizwar Ogah Bicara Kampanye
Gagal di Champions, City Bidik Trofi Liga Inggris
Polisi Minta Duit ke Jokowi
E-mail Internal Ungkap Detail Pemakaman Bin Laden