TEMPO.CO, Jakarta - Ketua Umum Asosiasi Asuransi Jiwa Indonesia (AAJI) Hendrisman Rahim mengatakan bahwa saat ini industri asuransi jiwa cenderung mengarahkan investasinya menjauh dari instrumen saham. Sebab, risiko investasi saham tergolong tinggi.
“Tujuan investasi industri asuransi jiwa bukanlah return atau hasil. Fokus investasi kami adalah keamanan. Di saham, prinsipnya risk and return. Karena itu, kami mulai menjauh dari instrumen investasi berwujud saham,” ujar Risman, di kantor AAJI, Plaza Indonesia, Jumat, 28 September 2012.
Risman menambahkan, sekarang industri asuransi jiwa lebih memilih berinvestasi dengan instrumen surat berharga yang diterbitkan atau dijamin oleh pemerintah. Investasi berbentuk obligasi cenderung lebih aman dibanding dalam bentuk saham.
“Di luar obligasi, sekarang kecenderungannya juga investasi berbentuk reksadana,” ujar Risman.
Risman mengatakan, akibat pergeseran investasi dari instrumen saham ke obligasi dan reksadana, nilai investasi industri asuransi jiwa dalam bentuk saham turun drastis.
Pada kuartal II 2012, investasi saham tercatat turun 32,3 persen menjadi Rp 52,87 triliun dibanding pada periode yang sama tahun sebelumnya, yakni Rp 78,11 triliun.
Berbanding terbalik dengan investasi saham, jumlah investasi dalam bentuk bentuk obligasi yang diterbitkan atau dijamin pemerintah meroket.
Dalam catatan AAJI, pada kuartal II 2012, investasi dalam bentuk obligasi yang diterbitkan pemerintah tumbuh 2.171,3 persen menjadi Rp 24,3 triliun, dibanding pada kuartal II 2011 sebesar Rp 1,06 triliun.
Adapun investasi obligasi swasta naik 293 persen menjadi Rp 24,11 triliun pada kuartal II 2012, dari sebelumnya Rp 6,13 triliun pada kuartal II 2011.
“Untuk investasi di surat berharga yang diterbitkan atau dijamin Bank Indonesia, tercatat tumbuh 73,42 persen,” ujar Risman.
Secara terpisah, Direktur Eksekutif AAJI Benny Waworuntu menambahkan bahwa hasil investasi pada kuartal II 2012 tumbuh tipis 2,4 persen di angka Rp 6,9 triliun.
Menurut dia, sepanjang kuartal II 2012, dana kelola manajemen investasi tercatat Rp 100 triliun, tumbuh 30,6 persen dibanding pada periode sebelumnya sebesar Rp 76,6 triliun.
Benny mengatakan bahwa pada kuartal II 2012, nilai aset industri asuransi jiwa meningkat menjadi Rp 283 triliun. Angka tersebut merupakan hasil dari peningkatan sebanyak 38,6 persen dari angka tahun lalu pada periode yang sama, yakni Rp 204,3 triliun.
ISTMAN MP