TEMPO.CO , Jakarta: Dugaan penyelewengan di PT Bumi Resources Tbk (BUMI) dan PT Berau Coal Energy Tbk (BRAU) menjadi salah satu penyebab anjloknya saham Bumi Plc di bursa London. Dalam perdagangan kemarin, harga saham Bumi Plc kembali turun 24,66 persen.
Jumat akhir pekan lalu, saham Bumi Plc telah jatuh 21,7 persen sehingga selama dua hari perdagangan, saham BUMI Plc telah merosot 46,33 persen.
Saham Bumi Plc telah anjlok 86 persen pada tahun ini atau kinerja perusahaan terburuk pada indeks pertambangan FTSE 350. Saham terbebani turunnya harga batu bara di pasar global dan kekhawatiran tingginya utang perseroan.
Setelah terjerembab dalam berbagai masalah utang dan kerugian transaksi derivatif, Bumi Resources kembali tersandung masalah. Bumi Plc, induk perusahaan sekaligus pemegang 29 persen saham Bumi Resources yang berbasis di London, telah meminta tim investigasi independen untuk menyelidiki dugaan penyelewengan yang terjadi di Bumi Resources dan Berau Coal.
Di dalam situs resminya, investigasi tersebut akan berfokus pada dana pengembangan yang ada di Bumi Resources dan aset di Berau Coal, yang dihapuskan nilainya menjadi nol dalam akun Bumi Plc per 31 Desember 2011, kecuali investasi sebesar US$ 39 juta dalam neraca konsolidasi. Sayangnya, tidak disebutkan berapa nilai investasi dana pengembangan di dua anak perusahaan tersebut.
Kecurigaan Bumi Plc terhadap adanya penyelewengan investasi di Bumi Resources dan Berau Coal sudah muncul ketika auditor mereka gagal dalam melakukan verifikasi aset di dua anak perusahaan tersebut. Mengikuti kabar tersebut, Ari Sapta Hudaya - Direktur Non-Eksekutif Bumi Plc, mengundurkan diri efektif mulai Senin, 24 September 2012.
Analis dari PT Millenium Danatama Sekuritas, Abidin, mengatakan dana pengembangan di anak perusahaan harus digunakan sesuai alokasinya. Apabila BUMI terbukti melakukan penyelewengan maka dapat dikatakan sebagai kejahatan. “Jika benar demikian, sungguh praktik yang tidak sehat,” kata dia.
Menurut Abidin, apabila dana pengembangan dalam laporan keuangan perusahaan tercatat nol, artinya dana tersebut telah habis atau sudah dipakai perusahaan. Namun, publik belum dapat mengatakan sebagai penyelewengan sebelum adanya hasil tim investigasi. Apabila tidak dapat dibuktikan dalam bentuk aset maka baru bisa dikatakan sebagai penyelewengan.
Ia menyarankan investor untuk berhati-hati dengan saham BUMI maupun BRAU. Terutama BUMI, investor sebaiknya menunggu klarifikasi resmi dari perseroan karena dikhawatirkan harganya masih bisa jatuh. "Bagi yang ingin berspekulasi, beli saham BUMI ketika menyentuh RP 500 per lembar," ujar Abidin.
Kepala Riset dari PT MNC Securities, Edwin Sebayang, mengatakan seharusnya ada kejelasan dari Bumi Resources untuk mengklarifikasi masalah ini agar tidak membingungkan investor. "Sebagai perusahaan publik, akan lebih bijaksana jika BUMI memberikan penjelasan secara detail apa yang sedang terjadi sebenarnya."
Bumi Plc berdiri pada 2011, setelah Vallar Plc yang didirikan oleh Nathaniel Rothschild membeli kepemilikan Bumi Resources dan Berau Coal Energy senilai US$ 3 miliar. Vallar Plc pun berganti nama menjadi Bumi Plc dengan Nathaniel Rothschild sebagai Direktur Eksekutif dan Samin Tan sebagai Chairman.
M. AZHAR | PDAT
Berita Terkait:
Investigasi Dimulai, Direktur Bumi Plc Mundur
Bumi Resources Diperiksa Gara-gara Whistleblower
Barron: Valuasi Saham Facebook US$ 15
eTrading Securities: Indeks Cenderung Menguat
Panin Sekuritas: Pasar Minim Sentimen Positif