TEMPO.CO, Jakarta - Pertumbuhan industri plastik tahun ini diprediksi mencapai angka 7 persen. Menurut Ketua Asosiasi Industri Plastik Hilir Indonesia Tjokro Gunawan, realisasi pertumbuhan itu meleset dari target awal yang sebesar 10 persen.
“Tahun ini, target kami 10 persen, tapi realisasinya diperkirakan hanya 7 persen,” katanya kepada Tempo, Rabu, 26 September 2012.
Menurut Tjokro, melesetnya pertumbuhan industri plastik hilir karena pengaruh harga minyak dunia yang fluktuatif. Padahal minyak, disebutnya, menjadi salah satu bahan baku utama yang digunakan dalam industri plastik hilir.
“Minyak memang bukan bahan baku utama, tapi jelas sangat mempengaruhi,” katanya.
Ia memprediksi nilai penjualan di industri plastik hilir tahun ini menembus angka US$ 6 miliar. Jumlah tersebut naik dari total penjualan tahun lalu yang mencapai angka US$ 4,2 miliar. “Meski tidak sesuai target, tahun ini diperkirakan tetap tumbuh industrinya,” katanya.
Menurut Tjokro, tingginya angka impor industri plastik juga membuat kinerja di sektor ini masih belum terlalu optimal. Saat ini, bahan baku industri plastik hilir di Indonesia, sebesar 60 persen, masih harus diimpor dari luar negeri. “Kalau impor dari Thailand atau negara ASEAN, tidak kena bea masuk, tapi di luar ASEAN kita kena 10 persen,” ujarnya.
Indonesia sendiri, kata Tjokro, merupakan negara dengan produsen bahan baku plastik terendah di ASEAN. Hal itu disebutnya sangat ironis, mengingat jumlah konsumsi plastik di Indonesia cenderung meningkat setiap tahun. "Artinya, pasar Indonesia itu sangat potensial, konsumsinya saja diperkirakan tumbuh 7 persen tiap tahun," katanya.
Tjokro berharap investasi dari Honam Petrochemical Corporation di Indonesia bisa direalisasikan. Soalnya, selain membantu mengurangi biaya produksi, masuknya Honam juga bisa membuat persaingan di dalam negeri semakin positif. “Jadi agar kualitas produk di dalam negeri bisa tetap tinggi.”
Sebelumnya, Honam berencana menanamkan investasinya di Indonesia sebesar US$ 5 miliar dengan membangun pabrik petrokimia. Namun, hingga kini, rencana tersebut masih terganjal oleh permasalahan lahan.
Pasalnya, lahan yang diinginkan oleh Honam merupakan lahan milik PT Krakatau Steel, yang lokasinya berdekatan dengan PT Titan Kimia Nusantara, anak perusahaan Honam di Indonesia.
DIMAS SIREGAR