TEMPO.CO, Jakarta - Wakil Ketua Umum Kamar Dagang Industri Bidang Perdagangan, Distribusi, dan Logistik Natsir Mansyur mengingatkan kelangkaan dolar Amerika Serikat akhir-akhir ini berpotensi menyumbang inflasi. Pertumbuhan industri penerbangan salah satu penyebab seretnya dolar Amerika saat ini.
"Dulu hanya eksportir-importir yang membutuhkan dolar dalam jumlah banyak, sekarang justru perusahaan penerbangan," ujarnya saat dikonfirmasi, Selasa, 4 September 2012.
Seretnya pasokan mata uang negeri Abang Sam ini sudah mulai dirasakan kalangan pengusaha sejak Ramadan berlangsung. Saat itu, kebutuhan eksportir-importir terhadap dolar cukup tinggi untuk memenuhi kebutuhan masyarakat.
Namun setelah dua pekan lebaran, ketersediaan dolar terus menyusut. "Kalau terus dibiarkan dikhawatirkan bakal memacu inflasi juga walaupun kecil."
Natsir menilai, seretnya ketersediaan dolar disebabkan meningkatnya kebutuhan perusahaan penerbangan untuk membayarkan cicilan pinjaman. Jumlah itu cukup signifikan dengan besarnya komoditas impor pesawat komersial saat ini. "Saat ini perusahaan berlomba-lomba memberikan pelayanan udara yang murah dan bagus," ujarnya.
Pesatnya pertumbuhan industri penerbangan domestik ujar dia, mendorong kebutuhan terhadap dolar semakin tinggi, rata-rata mereka melakukan pembayaran cicilan di semester kedua setiap tahunnya. "Hitung saja kalau tiap tahun penambahan pesawatnya 200 unit, berapa dolar yang dibutuhkan."
Sebelumnya, Badan Pusat Statistik (BPS) merilis inflasi bulan Agustus 2012 tercatat 0,95 persen, atau naik 4,58 persen dari Agustus 2011 (year on year). Selain itu, selisih neraca perdagangan juga turun dari US$ 1,32 miliar (Juni) menjadi US$ 0,93 miliar (Juli).
Badan Statistik menyebutkan salah satu penyumbang inflasi cukup besar untuk Agustus 2012 berasal dari kenaikan harga angkutan udara atau tiket pesawat. Meskipun bobotnya hanya 0,1 persen, namun rata-rata kenaikannya mencapai 13,78 persen menyebabkan menjadi faktor utama inflasi bulan lalu.
Natsir menambahkan, meskipun inflasi Agustus naik mendekati 1 persen akibat melonjaknya kebutuhan selama Ramadan, namun ia memprediksi inflasi bakal kembali turun mulai September ini. "Turunnya tidak terlalu besar, kita lihat saja nanti,".
JAYADI SUPRIADIN
Berita terpopuler lainnya:
Kisah Kang Jalal Soal Syiah Indonesia (Bagian 6)
Andik Vermansyah Pindah Ke Liga Utama Amerika
Polisi Tahan Kuasa Hukum John Kei
Jarak Tempuh Sepeda Motor Bakal Dibatasi
Panwaslu: Iklan Televisi Jokowi Masuk Pelanggaran
Jangan Katakan Kalimat Ini ke Anak Anda
Doberman Ikut Jaga Hillary Clinton di Jakarta
Scientology Seleksi Calon Istri Tom Cruise
Calo Penerimaan Pegawai Negeri Diungkap
Begini "Hotel" di Pesawat Boeing 747 Aeroloft