TEMPO.CO, Jakarta -PT Rajawali Nusantara Indonesia (Persero) berencana melakukan ekspansi usahanya di bidang properti. Hal tersebut untuk menindaklanjuti banyaknya aset perusahaan yang idle (menganggur), dan justru memberikan beban tambahan bagi pengeluaran perusahaannya setiap tahun.
"Kami memiliki lahan di sekitar Jalan Gatot Subroto dan M.T Haryono, Jakarta yang produktivitasnya bisa ditingkatkan," ujar Direktur Utama Rajawali Nusantara Indonesia, Ismed Hasan Putro, pada Kamis 9 Agustus 2012. Adapun lahan tersebut akan dimanfaatkan untuk membangun perkantoran, hotel, gedung pertemuan, serta rumah sakit.
Ismed optimistis dengan proyek yang diharapkan mulai terealisasi pada tahun 2013 tersebut. Dana yang dibutuhkan diperkirakan senilai Rp 7 triliun. "Dalam waktu tiga sampai lima tahun ke depan, kami perkirakan perusahaan bisa memperoleh pemasukan sebesar Rp 15 triliun.”
Optimisme terbentuk menyusul kinerja perusahaan yang kondisinya semakin membaik. Sebelumnya, RNI dikenal sebagai perusahaan pelat merah dhuafa dengan kerugian Rp 68 miliar pada 2011. Namun hingga semester pertama tahun ini, perusahaan mencatatkan keuntungan Rp 36 miliar. "Meskipun belum memperoleh laba, ada perbaikan kondisi keuangan," kata Ismed. Ia menargetkan perusahaannya bisa segera go public.
Perseroan itu memiliki 14 anak perusahaan, serta 6 cucu perusahaan. Dari jumlah trsebut, RNI memiliki 10 pabrik gula di Jawa Barat, Yogyakarta, dan Jawa Timur. Usaha lainnya adalah kelapa sawit di Sumatera Selatan. Sedangkan jenis usaha lainnya adalah perkebunan teh, farmasi, serta alat-alat kesehatan yang pabriknya terdapat di Semarang dan Bandung. Total asetnya kini senilai Rp 8 triliun, dentan omzet sebesar Rp 5,6 triliun. Sedangkan jumlah karyawannya mencapai 15 ribu orang.
SATWIKA MOVEMENTI