TEMPO.CO, Jakarta - Kepala Perhimpunan Bank- Bank Umum Nasional (Perbanas) menyebut ada tiga penyebab suku bunga lamban turun meski suku bunga acuan BI dan Lembaga Penjamin Simpanan sudah beberapa kali dipangkas.
Pertama, struktur dana. "Perbankan banyak yang andalkan dana mahal, deposito," kata Sigit pada acara Banking Efficiency Award, Kamis 31 Mei 2012 siang ini. Bank-bank dinilai tak akan jadi pelopor penurunan suku bunga lantaran alat untuk menarik dan mempertahankan deposan adalah suku bunga itu sendiri. "Kalau bank tetangga tak turunkan suku bunga, mereka tak mau memelopori karena khawatir nasabah lari ke bank tetangga," katanya.
Kedua, perbedaan kemampuan bank mendapat likuiditas saat ada tekanan. "Bank-bank besar dengan mudah masuk ke pasar, bagaimana dengan bank-bank menengah dan kecil? Tidak mudah," ujarnya.
Sigit juga menyoroti munculnya produk tabungan "rasa deposito". Produk macam itu bertajuk tabungan tapi memberikan bunga ala bunga deposito juga. "Ini juga tidak masuk dana murah lagi," ujarnya.
Ketiga, ketergantungan bank, terutama bank BUMN, pada simpanan dana dari lembaga atau institusi pemerintah. Faktanya, Sigit mengungkapkan, lembaga dan institusi yang sumber dananya dari APBN pun mengincar bunga yang paling tinggi. "Beda 0,1 persen pun pindah ke bank lain," ujarnya.
Sigit menilai dana-dana institusi yang nilainya triliunan sangat menyandera perbankan. "Jika mereka pindahkan dana, sulit mencari penggantinya," ujarnya. Ketiga faktor inilah yang membuat perbankan kesulitan menurunkan suku bunga pinjaman.
MARTHA T.