TEMPO.CO, Jakarta - Wana Artha Life berencana memperluas bisnisnya ke segmen asuransi retail. Semula WanaArtha Life menyasar pasar korporasi berpremi besar. "Ekonomi Indonesia bertumbuh, kelas menengah muncul, kesadaran berasuransi meningkat," ujar Presiden Direktur WanaArtha Life Eddy K.A. Berutu, dalam konferensi pers, Senin, 21 Mei 2012.
Potensi pasar retail Indonesia dinilai Eddy masih sangat besar mengingat penetrasi pasar asuransi yang masih relatif kecil. "Jumlah tertanggung di Indonesia masih 20 persen dari total penduduk," ucap Eddy.
Saat ini, 80 persen pendapatan premi WanaArtha masih didominasi premi asuransi kumpulan dari korporasi. "Ke depan kami berharap bisa 50 persen korporasi, 50 persen retail," ujar Eddy.
Ia menjelaskan, perluasan bisnis yang sudah dimulai tiga tahun belakangan ini juga bertujuan untuk menyebar risiko.
Untuk memantapkan langkah di segmen retail, WanaArtha menambah varian produk unit link dengan meluncurkan Wanalink Flexi Account. Sebelumnya, WanaArtha telah memiliki produk unit link bernama Walink.
Berbeda dengan Walink yang sifatnya single premium dan lebih banyak komponen investasi, Wanalink menyasar nasabah dengan premi menengah dengan produk yang didominasi komponen proteksi.
Cakupannya yakni proteksi kematian, penyakit kritis, santunan ketika nasabah sakit, dan asuransi kesehatan. Produk ini dinilai potensial menyumbang 10 persen premi WanaArtha pada 2012.
Wanalink dinilai potensial lantaran fleksibel dalam hal batasan usia yakni maksimum nasabah berusia 70 tahun. Selain itu, produk tersebut juga memungkinkan nasabah menambah premi untuk meningkatkan proteksi maupun investasi.
Untuk mendukung penyebaran produk, WanaArtha berniat melipatgandakan jumlah agen asuransi dari total 500 agen pada 2011 menjadi 1.000 agen di 2012 selain bekerja sama dengan perbankan.
"Kami juga akan membuka kantor cabang ke daerah-daerah seperti Kalimantan, Sulawesi dan Papua," ujar Director Risk Management and Corporate Actuary WanaArtha Life, Yanes Y. Matulatuwa.
Pada 2011, aset perusahaan berusia 38 tahun ini mencapai Rp 2,31 triliun, atau tumbuh 65 persen dibanding tahun 2010 yang mencapai Rp 1,3 triliun. Pada kuartal pertama 2012, total aset mencapai Rp 2,45 triliun.
Pendapatan premi tercatat tumbuh 77 persen dari posisi Rp 1,7 triliun pada 2010 menjadi Rp 3,1 triliun pada 2011. "Kami tumbuh di atas industri yang berkisar 25-30 persen," ucap Yanes. Pada kuartal pertama 2012, pendapatan premi telah mencapai Rp 668 miliar dengan instrumen investasi terbesar pada saham dan obligasi.
Klaim WanaArtha juga tercatat tumbuh dua kali lipat dari Rp 1 triliun pada 2010 menjadi Rp 2,2 triliun selama 2011. Peningkatan ini dinilai WanaArtha sebagai hal positif. "Ini menunjukkan komitmen kami dan kemampuan kami untuk memenuhi klaim nasabah," ujarnya.
Pada akhir 2011, laba WanaArtha Life tercatat mencapai Rp 147 miliar. Di tahun sebelumnya, laba mencapai Rp 61 miliar. Tahun ini, WanaArtha yakin bisnisnya bakal bertumbuh paling tidak sejalan dengan target pertumbuhan industri asuransi, yakni 30 persen baik dari segi premi maupun laba.
MARTHA THERTINA