TEMPO.CO, Bandung - PT Siemens Industrial Power, perusahaan patungan PT Siemens Indonesia dan PT Nusantara Turbin Propulsi (NTP), siap memasok turbin uap untuk Indonesia. “Kami menargetkan konten lokal bisa mencapai 40 persen untuk tiap produknya terwujud dalam dua tahun mendatang,” kata Presiden Direktur PT Siemens Industrial Power Dierk Unterpsann dalam peresmian pabriknya di Bandung, Rabu, 16 Mei 2012.
Perusahaan joint venture yang resmi berdiri pada awal Mei tahun lalu ini sudah mengantongi izin pendirian pada sebulan setelah itu. Total investasi perusahaan ini menembus 10 juta euro, dengan sebanyak 60 persen di antaranya berasal dari Siemens dan sisanya dari NTP, yang merupakan anak perusahaan PT Dirgantara Indonesia.
Pembangunan pabrik ini diharapkan bisa mendukung rencana pemerintah mengembangkan pembangkit listrik dari beragam skala. Termasuk pembangkit listrik skala kecil untuk menyokong industri gula, tekstil, pertambangan, pengolahan limbah, hingga biomassa.
Hingga kini, sudah terdapat 300 unit turbin uap di seluruh dunia yang memakai teknologi Siemens. Khusus pabrik yang merupakan proyek gabungan itu ditargetkan menyasar pasar Indonesia dengan kapasitas produksi maksimum mencapai 60 unit per tahun.
Presiden Direktur PT Nusantara Turbin Propulsi Supra Dekanto mengatakan keputusan bergabung diambil setelah perusahaan sukses mengembangkan turbin bersama Kementerian Perindustrian dan Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi. “Tapi itu sebetulnya bukan core bisnis kami, (lalu) kami spin-off anak perusahaan ini. Kami konsentrasi di maintenance, repair, dan overhaul.”
Dia menjelaskan fasilitas pabrik yang ada di dalam kompleks PT Dirgantara Indonesia itu dirancang untuk menjadi fasilitas assembly turbin itu. Sementara pembuatan komponennya dilakukan sejumlah supplier yang tersebar di berbagai kawasan industri di Indonesia. Supplier komponen itu dijanjikan, jika memenuhi kualifikasi, akan dipromosikan memasok kebutuhan komponen Siemens di seluruh dunia.
NTP sendiri sukses mengembangkan turbin pembangkit listrik bersama BPPT dan Kementerian Perindustrian dengan memanfaatkan skema cluster itu. Bersama 16 perusahaan pemasok komponen, NTP sukses memproduksi turbin pembangkit geotermal di Kamojang, berkapasitas 3 megawatt, yang saat ini memasuki fase comissioning test.
Dia mengakui, untuk mengembangkan industri turbin sendiri, tidak memungkinkan, mengingat nilai investasinya yang terlalu besar. ”Makanya kita bentuk cluster turbin di Indonesia. Teman-teman di Cilegon, Bekasi, Cikarang, Cimahi, sekitar Bandung, Surabaya, kita ajak bikin komponennya,” kata Supra.
Dengan beroperasinya PT Siemens Industrial Power itu, PT NTP akan tetap menggarap pembuatan turbin yang berkapasitas di bawah 5 megawaatt. Sedangkan Siemens membangun pembangkit berkapasitas di atas 5 megawatt.
Sementara ini, kapasitas maksimal yang bisa tercapai baru 20 megawatt, tapi dalam rencananya, turbin yang diproduksi bisa untuk kapasitas 250 megawatt. ”Kalau kebutuhan meningkat, yang gede kita bikin,” kata dia.
Direktur Jenderal Industri Unggulan Berbasis Teknologi Kementerian Perindustrian, Budi Darmadi, mengungkapkan sejumlah pasar potensial yang bisa digarap industri pembuatan turbin itu. Di antaranya pembangunan 74 pembangkit listrik skala kecil berbahan bakar batu bara sebagai bagian dari proyek 1.000 megawatt tahap II yang tengah berlangsung saat ini.
AHMAD FIKRI