TEMPO.CO, Jakarta - Rasio klaim Asuransi Ekspor Indonesia (ASEI) adalah yang terendah dibanding rasio klaim di perusahaan asuransi lainnya. Direktur Utama ASEI Zaafril Razief Amir mengungkapkan, mengacu pada data perkembangan bisnis asuransi nasional, klaim asuransi nasional pada 2011 sebesar 37 persen dari total premi, sedangkan rasio klaim ASEI hanya 14 persen.
"Rasio klaim kami paling rendah. Ini menunjukkan proses underwriting kami cukup kuat," ujar Zaafriel Razief Amir dalam paparan kinerja kuartal pertama 2012 ASEI, Jumat, 11 Mei 2012.
Rendahnya klaim tahun lalu, kata Zaafriel, berdampak pada meningkatnya kepercayaan stakeholder, khususnya perbankan pada ASEI. Total klaim pada kuartal pertama 2012 tercatat turun 62 persen (yoy), dari posisi Rp 14 miliar menjadi Rp 9 miliar. Hasil underwriting sendiri tercatat naik 33 persen (yoy), dari Rp 26 miliar menjadi 34 miliar, dan premi naik lima kali lipat dari Rp 81 miliar menjadi Rp 418 miliar.
Menurut Zaafriel, premi asuransi terbesar pada kuartal 1 2012 masih berasal dari asuransi umum. Meski bukan core bisnis ASEI, kontribusi premi asuransi ini masih 90 persen dari total premi. Asuransi ekspor sendiri baru 2 persen.
Secara terperinci, premi asuransi umum pada kuartal ini naik dari Rp 55,55 miliar pada kuartal 1 2011 menjadi Rp 375,13 miliar pada kuartal 1 2012, asuransi kredit naik dari Rp 14,59 miliar menjadi Rp 20,15 miliar dan suretyship dari Rp 6,69 miliar menjadi Rp 14,94 miliar. "Tingginya komposisi premi dari asuransi umum karena banyak permintaan," ujarnya.
Namun, ia menyampaikan, pihaknya ingin lebih banyak mendalami perannya sebagai ECA (export credit agency). "Kami ingin premi dari ECA jangan terlalu kecil," ucap dia.
Zaafriel menjelaskan ASEI juga menunjukkan pertumbuhan positif pada kuartal pertama 2012 dibanding periode yang sama tahun sebelumnya. Aset bertumbuh 21 persen dari Rp 830 miliar menjadi Rp 1 triliun. Ekuitas tercatat naik 8 persen, dari Rp 669 miliar menjadi Rp 722 miliar.
Dana investasi juga tercatat naik 20 persen (yoy), dari Rp 644 miliar menjadi Rp 707 miliar. Meski begitu, hasil investasi tercatat stagnan di posisi Rp 18 miliar. Direktur Keuangan ASEI Marthin F. Simarmata menjelaskan penurunan ini terkait penurunan yield obligasi dan deposito. Penambahan dana investasi di deposito juga turut memberi pengaruh. Namun ini dinilainya sebagai bentuk kerja sama dengan perbankan, menyusul makin banyaknya penjaminan ASEI untuk kredit yang dikeluarkan perbankan.
Pada kuartal ini, laba bersih ASEI tercatat meningkat 17 persen (yoy), dari Rp 24 miliar menjadi Rp 28 miliar, atau telah memenuhi 36 persen dari target pencapaian 2012 yang sebesar Rp 77 miliar.
MARTHA THERTINA