TEMPO.CO, Bandung - Wakil Menteri Pekerjaan Umum Hermanto Dardak mengatakan, pemerintah menggunakan 3 model untuk membangun tol di Indonesia. Model pertama adalah pemerintah membangun sebagian jalan itu sebelum tender tol ditawarkan pada investor.
Dengan begitu, menurut dia, bakal lebih banyak jalan tol yang dibangun. “Kalau ditenderkan normal 100 persen, swasta gak ada yang mau,” kata Hermanto, Rabu, 2 Mei 2012.
Untuk model ini dia mencontohkan pembangunan jalan tol Cileunyi-Sumedang-Dawuan, jalan tol Medan-Kualanamu-Tebingtinggi, serta jalan tol Kertosono-Mojokerto.
Model tersebut digunakan sebagai alternatif dari model pembangunan tol yang umum dikerjakan saat ini. Umumnya, jalan tol yang secara finansial dan ekonomi punya nilai kelayakan, pembangunannya tanpa dukungan pemerintah. ”Mereka kompetisi seperti membangun jalan tol yang umum kita lakukan,” ucap Hermanto.
Adapun model terakhir yang digunakan adalah membangun jalan tol sepenuhnya dibiayai pemerintah sebelum konsesi pengelolaannya yang dijual. Caranya, semua proyeksi pendapatan selama masa konsesi pemanfaatan jalan tol itu dibayar di muka oleh peminat pengelola tol itu. ”Jadi uangnya bisa dipakai membangun jalan tol yang lain,” kata dia.
Model ini akan digunakan pada jalan tol Tanjung Priok yang sebagiannya sudah beres dibangun pemerintah. Saat ini sebagian ruas tol yang sudah beres itu, operatornya hanya dibayar untuk mengganti biaya pengoperasiannya saja.
Hermanto mengatakan, jalan tol ini akan ditawarkan konsesi pengelolaannya oleh pemerintah jika sudah rampung 100 persen yang ditargetkan pada 2014 nanti. ”Belum dijual, nanti kalau sudah paket keseluruhan (selesai) kita jual,” kata Hermanto.
AHMAD FIKRI