TEMPO.CO, Hong Kong - Beberapa pengembang properti Cina telah mengajukan perlindungan kebangkrutan, demikian dilaporkan China Morning Post Jumat, 20 April 2012. Para pengembang kecil telah menjadi korban kebijakan pemerintah Beijing yang mengekang lonjakan harga properti di Cina dalam dua tahun terakhir.
Guandey Property Development, pengembang di Shunde, sebelah selatan Provinsi Guangdong, telah mendeklarasikan kebangkrutannya. Mereka berkata tidak mampu membayar utang. Surat kabar tersebut mengutip pernyataan pengadilan setempat. Berita lokal setempat juga menyebutkan Hangzhou Jinxiu Real Setate, pengembang proyek apartemen mewah di kota yang sama, juga mengajukan perlindungan kebangkrutan.
Berita dua kebangkrutan pengembang tersebut menambah panjang kegagalan bisnis properti di Negeri Tirai Bambu. Sebelumnya Hangzhou Glory Real, pengembang di Kota Hangzhou, ibu kota Zhejiang, di utara pantai Cina Estate, juga mengalami hal serupa.
Dari sekitar 60 ribu pengembang, analis memprediksikan, banyak yang mengalami kegagalan dan bukan merupakan perusahaan terbuka. Keadaan ini memberikan keuntungan besar secara geografi bagi China Vanke dan Evergrande Real Etate.
Analis properti dari Credit Suisse, Jinsong Du, mengatakan kepada Reuters bahwa ancaman kebangkrutan mungkin akan melebar ke kota–kota lain. Pengajuan perlindungan kebangkrutan ke pengadilan menunjukkan perusahaan pengembang berusaha bertahan dalam bisnis dan bukannya hanya keluar dari industri properti saja.
“Sedangkan bagi pengembang kecil, mereka mengambil apa yang mereka miliki dan kemudian menghilang. Mereka tidak mengajukan kebangkrutan,” kata Du. Di lain pihak, banyak pengembang telah menjual asetnya untuk membayar utang.
REUTERS | VIVA B. K