TEMPO.CO, Jakarta - Bank Indonesia tengah menyiapkan sistem pembayaran terpadu. "Ini akan memudahkan transaksi antar-merchant dalam negeri maupun luar negeri," kata Deputi Gubernur Bank Indonesia Ronald Waas, Rabu, 14 Maret 2012.
Ia mengatakan interkoneksi antar-jaringan ATM ini akan menghubungkan empat jaringan ATM. Hingga kini Indonesia memiliki empat perusahaan switching, yaitu ATM Bersama, ATM Prima, ATM Alto, dan ATM Link. Dengan interkoneksi ini, Indonesia akan menerapkan national payment gateway (sistem pembayaran satu pintu) untuk meningkatkan efisiensi sistem pembayaran. "Kita punya pasar yang besar sehingga kita memiliki sistem pembayaran yang kita kelola sendiri," katanya.
CEO PT. Finnet Indonesia Walden R. Bakara menyatakan terdapat dua alternatif pelaksanaan NPG. Pertama, dengan melakukan interkoneksi antar jaringan ATM. Cara ini dinilai paling mudah karena masing-masing sudah memiliki nasabah dan jaringan yang luas. "Tapi masih diperlukan peran regulator untuk peta peran dan persaingan usaha," ucapnya.
Cara kedua, kata Welden, adalah melalui pembentukan perusahaan NPG. "Perusahaan ini akan mengatur service level guarantee," ucapnya.
Bank Indonesia mencatat jumlah kartu yang beredar hingga kini mencapai 78,1 juta. Sebanyak 63,6 juta merupakan kartu ATM debet, sedangkan sejumlah 14,5 juta kartu kredit.
Direktur Micro and Retail Banking Bank Mandiri Budi G. Sadikin menyambut baik rencana NPG. "Tapi harus ada kesatuan standar," ujar Budi.
Selain itu, ia juga menyatakan perbankan sudah menyepakati adanya kesatuan dalam negosiasi interkoneksi dengan kawasan regional. "Diskusi masih terus berlangsung terkait NPG. Yang jelas negosiasi dengan pihak luar negeri harus dilakukan melalui satu pihak saja."
Diharapkan pemerintah nanti bisa membuat perusahaan baru sebagai regulator perusahaan switching (penyedia jaringan ATM) ataupun menunjuk asosiasi perusahaan switching sebagai negosiator. Sistem pembayaran satu pintu ini diharapkan rampung sebelum 2015 untuk menyongsong masyarakat ekonomi ASEAN (MEA).
SUBKHAN