TEMPO.CO, Jakarta -Menteri Badan Usaha Milik Negara Dahlan Iskan akan mengarahkan sejumlah BUMN yang dianggap strategis untuk memproduksi mobil nasional. “PT Inka, Bima, Bosma, Indra, Barata dan PT Dirgantara Indonesia saya kira cukup potensial untuk memproduksi mobil nasional,” kata Dahlan di Kantor Kementerian Perekonomian, Senin 9 Januari 2011 malam.
Pernyataan ini dikemukakan Dahlan Iskan terkait dengan kemunculan mobil Kiat Esemka rakitan Siswa SMK Warga Surakarta dan Kiat Motor beberapa waktu lalu.
Ia membenarkan PT Inka akan diarahkan untuk mendukung produksi mobil nasional. Dahlan dan PT Inka akan membahas masalah tersebut pada Jumat nanti. Sebelumnya PT. Inka telah diberi mandat untuk membuat dua mobil nasional lain yaitu, GEA dan Tawon. “Saya ingin melihat prototipe-nya terlebih dahulu,” ia menambahkan.
“Kalau nanti PT Inka, PT Barata, dan PT DI bergabung memproduksi mobil nasional saya kira akan kuat sekali,” kata Dahlan. Menurutnya, terlalu dini membentuk BUMN baru untuk memproduksi mobil nasional. “Kami harus lihat dulu, harus dihitung nilai bisnisnya."
Ia mengingatkan agar masyarakat tak terlalu emosional dan tenggelam dalam euforia mobil nasional tanpa perhitungan matang.
Dahlan mengharapkan bangsa Indonesia tak terpancing dengan Malaysia yang sudah terlebih dahulu memiliki Proton sebagai produk mobil nasional. “Selama ini kita hanya tahu kulitnya kalau Malaysia punya Proton, kita tidak tahu persis apakah Proton disubsidi terus atau tidak,” kata mantan Direktur Utama PLN ini.
Ia mengungkapkan, kalau secara komersial program mobil nasional bisa berjalan, tentu akan diteruskan. Mobil murah belum tentu akan laku. “Ini semua masih tergantung mekanisme pasar, masyarakat juga yang menentukan,” mantan CEO Jawa Pos ini menjelaskan. “Kalau nanti diproduksi secara massal, masyarakat mau beli gak?”
Ia meminta harus berhati-hati dalam melakukan perhitungan bisnis terkait mobil nasional. Dahlan juga menyayangkan sikap masyarakat yang masih takut menggunakan produk lokal. “Kita masih memiliki sikap menghina diri sendiri, 'woh ini bikinan Indonesia, kita nggak mau,'” ungkapnya.
Mantan wartawan Tempo ini juga tidak takut kegagalan mobil nasional Timor pada tahun 1996 akan terulang. “Zaman sudah berbeda, mungkin situasi saat ini lebih baik,” ungkapnya.
Ia tetap menyatakan dukungannya dan berharap kemunculan mobil Kiat Esemka dapat menjadi momentum kebangkitan mobil nasional. “Saya harap momentum ini harus dijaga supaya tidak cepat menguap,” kata Dahlan. “Jangan sampai setelah 40 hari isunya tidak dibicarakan lagi, biasanya kan begitu.”
SUBKHAN