TEMPO.CO, New York — Harga minyak mentah berjangka pada perdagangan semalam di tutup pada level terbaiknya sejak pertengahan Mei tahun lalu setelah data manufaktur Amerika Serikat (AS) lebih tinggi dari perkiraaan sehingga mendorong harapan lebih banyak permintaan akan minyak. Kekhawatiran geopolitik di Iran serta naiknya harga saham di bursa New York mengantar harga minyak diatas US$ 100 per barel.
Pada perdagangan Selasa, 3 Januari 2012 waktu setempat, harga minyak mentah untuk pengiriman bulan Februari naik US$ 4,13 (4,2 persen) menjadi US$ 102,96 per barel di bursa komoditas New York. Penutupan tertinggi sejak pertengahan Mei l, serta kenaikan terbesar dalam persen sejak 24 Oktober tahun lalu.
Sebelumnya, Institute for Supply Management (ISM) mengatakan, indeks manufaktur AS di bulan Desember naik menjadi 53,9 dari posisi bulan sebelumnya di 52,7, tertingginya dalam enam bulan terakhir. “Tingginya data manufaktur ini memicu optimism ekonomi AS sehingga mendongkrak harga minyak,” kata Jason Schenker, presiden Prestige Economic dari Austin, Texas. “Selalu menyenangkan adanya berita positif di awal tahun,” tuturnya.
Harga minyak mentah berhasil menguat 8,2 persen di tahun 2011 kemarin. Diakhir perdagangan tahun kemarin didominasi rasa takut atas latihan militer Iran serta ancaman menutup selat Hormuz, yang merupakan jalur perdagangan minyak dunia. “Sepertinya kekhawatiran terhadap sangsi lebih jauh terhadap iran oleh negara – negara Barat kemungkinan bisa mengganggu persediaan,” ujar Matt Smith, analis dalam tulisannya di Summit Energy.
Pada hari Selasa kemarin, pejabat Iran mengatakan akan mengambil tindakan jika kapal – kapal angkatan laut AS kembali ke Teluk. Militer Iran melakukan ujicioba dengna menembakkan rudal jelajahnya selama latihan akhir pekan kemarin untuk menunjukkan kontrolnya atas Selat Hormuz yang merupakan salah satu saluran utama pengiriman minyak dunia.
Turut memberikan dukungan kenaikan harga minyak, para pedagang bereaksi terhadap data manufaktur Cina juga naik di bulan Desember lalu Indeks manager pembelian Cina naik menjadi 48,7 dibandingkan posisi sebelumnya di 47,7. Melemahnya dolar AS terhadap mata uang utama dunia juga turut mendukung melambungnya harga minyak diatas US$ 100 per barel.
MARKETWATCH/VIVA B. KUSNANDAR